Thursday, December 19, 2024

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 591)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 69:

Tafsir Al-Qur'an dengan

pendapat aqal, nafsu

.... sambungan.....



sambungan Tafsir Ibn Kathir Radhiallahu Anhu:

Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Turmuzi melalui Bandar, dari Abu Daud At-Tayalisi, dari Yazid ibnu Ibrahim dengan lafaz yang sama.  Imam Turmuzi mengatakan bahawa hadis ini hasan sahih.  Imam Turmuzi menuturkan bahawa Yazid ibnu Ibrahim At-Tusturi sendirilah yang menyebut Al-Qasim dalam sanad ini, sedangkan menurut yang lainnya yang bukan hanya seorang meriwayatkannya dari Ibnu Abu Mulaikah langsung dari Siti Aisyah, tanpa menyebut Al-Qasim.  Demikian komentar Imam Turmuzi.


Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Walid At-Tayalisi, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Ibrahim At-Tusturi dan Hammad ibnu Abu Mulaikah, dari Al-Qasim ibnu Muhammad, dari Siti Aisyah Radhiallahu anha yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah ditanya mengenai makna firman-Nya: "Adapun orang-orang yang di dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat darinya. [Aali Imran (3) : Ayat 7], maka Rasulullah ﷺ menjawab melalui sabda Baginda:

«إِذَا رَأَيْتُمُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ، فَأُولَئِكَ الَّذِينَ سَمَّى اللَّهُ فَاحْذَرُوهُمْ»

Apabila kamu melihat orang-orang yang mengikuti hal-hal yang mutasyabih dari Al-Qur'an, maka mereka itulah orang-orang yang disebutkan oleh Allah (dalam ayat ini); maka hati-hatilah kamu terhadap mereka (jangan sampai kamu terperangkap ke dalam kesesatan mereka).


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Sahl, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Hammad ibnu Salamah, dari Abdur Rahman ibnul Qasim, dari ayahnya, dari Siti Aisyah Radhiallahu anha yang menceritakan bahawa Rasulullah ﷺ pernah ditanya mengenai ayat ini, iaitu firman-Nya: maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat darinya untuk menimbulkan fitnah.  [Aali Imran (3) : Ayat 7]

Kemudian Baginda ﷺ bersabda:

«قَدْ حَذَّرَكُمُ اللَّهُ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَاعْرِفُوهُمْ»

Allah telah memperingatkan kamu, maka apabila kamu melihat mereka, waspadalah kalian terhadap mereka (jangan sampai terikut dengan pegangan sesat mereka).


Hadith ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Murdawaih melalui jalur yang lain, dari Al-Qasim, dari Siti Aisyah dengan lafaz yang sama.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنْ أَبِي غَالِبٍ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا أُمَامَةَ يُحَدِّثُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في قوله: {فَأَمَّاالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ} قَالَ: "هُمُ الْخَوَارِجُ"، وَفِي قَوْلِهِ: {يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ} . [آلِ عِمْرَانَ: 106] قَالَ: "هُمُ الْخَوَارِجُ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kamil, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Abu Galib yang mengatakan bahawa ia pernah mendengar Abu Umamah menceritakan hadith berikut dari Nabi ﷺ sehubungan dengan firman-Nya :  Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat darinya. [Aali-Imran (3) : Ayat 7] bahwa mereka adalah golongan Khawarij.


 Juga firman-Nya: 

يَوۡمَ تَبۡيَضُّ وُجُوهٌ۬ وَتَسۡوَدُّ وُجُوهٌ۬‌ۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱسۡوَدَّتۡ وُجُوهُهُمۡ أَكَفَرۡتُم بَعۡدَ إِيمَـٰنِكُمۡ فَذُوقُواْ ٱلۡعَذَابَ بِمَا كُنتُمۡ تَكۡفُرُونَ

Pada hari yang di waktu itu ada muka yang menjadi putih berseri, dan ada pula muka yang menjadi hitam muram.

[Ali Imran (3) : Ayat 106]. 

Mereka (yang mukanya menjadi hitam muram) adalah golongan Khawarij (Wahhabiyyah, Najdiyyah, Kaum muda dan beberapa nama lain pada zaman ini).

[Tamat Nukilan kitab Tafsir Ibn Kathir]


Bersambung siri 592  اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

=======================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI

    🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 590)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 69:

Tafsir Al-Qur'an dengan

pendapat aqal, nafsu

.... sambungan.....



Berkata Imam Ibnu Kathir Radhiallahu anhu:

"Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, dari Abdullah Ibnu Abu Mulaikah, dari Siti Aisyah Radhiallahu anha yang mengatakan bahawa Rasulullah ﷺ  membacakan firman Allah:


هُوَ ٱلَّذِيۤ أَنزَلَ عَلَيْكَ ٱلْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ ٱلْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ في قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ٱبْتِغَاءَ ٱلْفِتْنَةِ وَٱبْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلاَّ ٱللَّهُ وَٱلرَّاسِخُونَ فِي ٱلْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُواْ ٱلأَلْبَابِ 

[Aali-Imran (3) : Ayat 7]


Sampai dengan firman-Nya: "Orang-orang yang beraqal"

lalu Baginda bersabda:

"Apabila kamu melihat orang-orang yang berbantah-bantahan mengenainya (ayat mutasyabihat bertujuan menyesatkan manusia), maka merekalah orang-orang yang dimaksudkan oleh Allah (jadi sesat).  Maka hati-hatilah kamu terhadap mereka (jangan sampai terjatuh ke dalam golongan tersebut)."


Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Majah melalui jalur Ismail ibnu Ulayyah dan Abdul Wahhab As-Saqafi, keduanya dari Ayyub dengan lafaz yang sama. 


Muhammad ibnu Yahya Al-Abdi meriwayatkan pula di dalam kitab musnadnya melalui Abdul Wahhab As-Saqafi dengan lafaz yang sama. 


Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Ayyub.  Hal yang sama diriwayatkan pula oleh bukan hanya seorang, dari Ayyub.  Ibnu Hibban meriwayatkan pula di dalam kitab sahihnya melalui hadis Ayyub dengan lafaz yang sama.


Abu Bakar ibnul Munzir meriwayatkannya di dalam kitab tafsirnya melalui dua jalur, iaitu dari Abu Nu'man, Muhammad ibnul Fadl As-Sudusi yang laqab-nya (julukannya) adalah Arim, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Siti Aisyah dengan lafaz yang sama.  Ayyub (iaitu Abu Amir Al-Kharraz) dan lain-lainnya mengikutinya, dari Ibnu Abu Mulaikah; lalu Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Bandar, dari Abu Daud At-Tayalisi, dari Abu Amir Al-Kharraz, kemudian ia menuturkan hadith ini.


Sa'id ibnu Mansur meriwayatkannya pula di dalam kitab sunnahnya, dari Hammad ibnu Yahya, dari Abdullah ibnu Abu Mulaikah, dari Aisyah. 


Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui hadith Rauh ibnul Qasim dan Nafi' ibnu Umar Al-Jumahi; keduanya dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Aisyah.  Nafi' mengatakan dalam riwayatnya dari Ibnu Abu Mulaikah, bahwa Siti Aisyah pernah menceritakan kepadaku, lalu ia (Ibnu Abu Mulaikah) menuturkan hadith ini.


Imam Bukhari meriwayatkan pula hadith ini dalam tafsir ayat ini, sedangkan Imam Muslim meriwayatkannya di dalam Kitabul Qadar dari kitab sahihnya, dan Abu Daud di dalam kitab sunnahnya; ketiganya meriwayatkan hadith ini dari Al-Aqnabi, dari Yazid ibnu Ibrahim At-Tusturi dari Ibnu Abu Mulaikah dari Al-Qasim ibnu Muhammad dari Siti Aisyah Radhiallahu anha  yang menceritakan bahawa Rasulullah  ﷺ  membaca ayat berikut, iaitu firman-Nya: "Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) kepada kamu.  Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat [Aali Imran (3) : Ayat 7] sampai dengan firman-Nya:  "Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan orang-orang yang beraqal". 


Siti Aisyah Radhiallahu anha melanjutkan kisahnya, bahawa setelah itu Rasulullah  ﷺ bersabda:

«فَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ سَمَّى اللَّهُ فَاحْذَرُوهُمْ»

Apabila kamu melihat orang-orang yang mengikuti hal-hal yang mutasyabih darinya, maka mereka itulah orang-orang yang disebutkan oleh Allah; maka hati-hatilah kalian terhadap mereka.  Demikianlah menurut lafaz Imam Bukhari.


Bersambung siri 591  اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

=======================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI

    🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 589)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 69:

Tafsir Al-Qur'an dengan

pendapat aqal, nafsu

.... sambungan.....



Berkata Imam Qurtubi Radhiallahu anhu:

"Imam Muslim meriwayatkan Hadith dari Aisyah Radhiallahu anha, bahawa Rasulullah ﷺ pernah membaca ayat :

هُوَ ٱلَّذِيۤ أَنزَلَ عَلَيْكَ ٱلْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ ٱلْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ في قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ٱبْتِغَاءَ ٱلْفِتْنَةِ وَٱبْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلاَّ ٱللَّهُ وَٱلرَّاسِخُونَ فِي ٱلْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُواْ ٱلأَلْبَابِ 


kemudian Baginda bersabda,

"Apabila kamu melihat orang-orang yang mengikuti ayat-ayat mutasyaabihaat, maka mereka itulah yang dimaksud oleh Allah dengan orang-orang sesat, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka."


Abu Ghalib bercerita : Aku pernah melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, bersama  Abu Umamah yang mengenderai seekor keledai miliknya.  Lalu sampailah kami di Masjid Damaskus untuk berehat, namum ketika kami sedang duduk-duduk di tangga Masjid, kami melihat beberapa kepala terpenggal yang terpancang di sisi Masjid.  Kemudian Abu Umamah bertanya kepada orang-orang di sana: "Kepala-kepala siapakah ini?"  Ini adalah kepala-kepala kaum Khawarij yang didatangkan dari Iraq".   Lalu berkata Abu Umamah: "Merekalah yang akan menyerupai anjing-anjing di Neraka (beliau mengucapnya sebanyak tiga kali). Kesejahteraan moga terlimpah kepada orang-orang yang membunuh mereka. (beliau ulang sampai tiga kali).


Kemudian tiba-tiba Abu Umamah menangis.  Aku pun bertanya kepadanya: "wahai Abu Umamah, apa yang menyebabkan engkau menangis?  Beliau menjawab, "Aku sangat menyayangkan kejadian ini.  Mereka (khawarij) dahulu adalah orang Islam dan mengikuti ajaran Islam, namun mereka keluar dari Agama dan Ajaran Islam.  Lalu beliau membaca ayat ini:

هُوَ ٱلَّذِيۤ أَنزَلَ عَلَيْكَ ٱلْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ ٱلْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ في قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ٱبْتِغَاءَ ٱلْفِتْنَةِ وَٱبْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلاَّ ٱللَّهُ وَٱلرَّاسِخُونَ فِي ٱلْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُواْ ٱلأَلْبَابِ 


kemudian beliau juga membaca ayat: 

 وَلاَ تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَٱخْتَلَفُواْ مِن بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلْبَيِّنَاتُ وَأُوْلَـٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

[Aali Imran (3) : Ayat 105]


Kemudian aku bertanya, "Apakah mereka yang dimaksudkan di dalam ayat ini? Beliau menjawab "Ye benar".  Lalu aku bertanya lagi, "Apakah engkau katakan ini pendapat engkau sendiri atau engkau mendengarnya dari Rasulullah ﷺ sendiri?  Maka beliau menjawab, "Jika ini pendapatku sendiri, maka aku sudah terlalu berani, sedang aku tidak seberani itu.  Aku mendengar dari Rasulullah ﷺ bukan hanya sekali, atau dua kali atau tiga kali atau empat kali atau lima kali atau enam kali atau tujuh kali..."  Lalu Abu Umamah menutup telinganya dengan jari-jarinya dan ia menegaskan, "Apabila ini hanya pendapatku maka lebih baik aku diam saja. (beliau ulangi tiga kali). Kemudian beliau meriwayatkan, 

"Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, "Bani Israil terpecah kepada tujuh puluh satu kelompok, satu saja masuk Syurga sedang yang lain masuk neraka.  Adapun ummat ini bertambah satu lagi dibandingkan mereka.  Satu kelompok darinya masuk Syurga sedangkan yang lain masuk Neraka."

[Tafsir Qurtubi]


Catitan:

Dari Penjelasan Imam Qurtubi :

Golongan yang menta'wil ayat mutasyaabihaat menurut nafsu mereka dan bisikan syaitan adalah golongan Khawarij, iaitu pada zaman ini bergelar Golongan Wahhabiyyah, Najdiyyah, kaum muda dan beberapa nama lain. 


Bersambung siri 590  اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

=======================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI  

    🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 588)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 69:

Tafsir Al-Qur'an dengan

pendapat aqal, nafsu

.... sambungan.....



Berkata Al-Imam Sulton Auliya Shaikh Abdul Qodir Jilani Radhiallahu anhu:

"Dialah yang telah memilihmu, wahai Rasul yang paling sempurna untuk mendukung Risalah-Nya dan untuk menjadi wakil dan Khalifah-Nya.  Dia Menurunkannya sebagai Anugerah dan Nikmat kepadamu dari Hadrat-Nya untuk membenarkan dan menguatkan dirimu berupa Al-Kitab yang mengandungi Mukjizat bagi semua yang menentang dan melawanmu. Sebagai penghormatan bagimu, dan Dia membahagi isinya ke dalam beberapa surah dan ayat-ayat menjadi dalil atas berbagai hal berkait keadaan para hamba di kehidupan dunia dan kehidupan Akhirat.  Demikianlah pokok-pokok isi Al-Qur'an yang wajib diikuti dan dilaksanakan oleh sekalian manusia.  Dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat terkait dengan Ma'rifat dan Haqiqat yang terdiri dari hikmah dan maslahat dalam kewajipan taklif, ketaatan dan ibadah yang dapat menghantarkan manusia kepada Haqiqat dan Ma'rifat, khususnya bagi Ahlul- Azaim as-sahhah yang sentiasa menuju samudera Tauhid. 


Ada pun orang yang di dalam hatinya condong kepada kesesatan, cenderung untuk menyimpang dari jalan kebenaran yang menghimpun zahir dan batin, maka mereka mengikuti sebahagian ayat mutasyabihat dan meninggalkan perlaksanaan ayat muhkamat, sebagai suatu bentuk kebodohan dan pembangkangan.  Mereka jahil dari mengetahui bahawa pencapaian Ma'rifat dan Haqiqat hanya dapat terwujud dengan membaiki aspek zahir melalui perlaksanaan ayat -ayat muhkamat.  Tindakan mereka mengikuti ayat-ayat mutasyaabihaat seperti itu tidak dimaksudkan melainkan untuk menimbulkan fitnah  di antara manusia dan merosak aqidah mereka dari Tauhid yang benar. 


Mereka mencari-cari ta'wil agar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh 'aqal mereka dan nafsu mereka.  Seperti yang dilakukan oleh pembuat bid'ah (72 golongan pembuat bid'ah sesat).  Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya dengan benar melainkan Allah Ta'ala yang menurunkan kitab itu. Sebab ta'wil bagi Firman-Nya tidak dapat diketahui oleh siapa pun selain Dia, kecuali dengan Taufiq dan Pertolongan-Nya.  Dan orang yang mendalam ilmunya — iaitu Ilmu Ladunni yang di-Perkuat oleh Allah dengan Ilmu dan Wahyu-Nya.  Dan Ma'rifat dan Haqiqat tidak dapat diraih hanya dengan kekuatan zahir, kecuali dengan dokongan dan Jazbah, mereka berkata: "kami beriman kepada-Nya dan meyakini ayat muhkamat dan mutasyaabihaat kerana semua itu turun dari Tuhan kami." 


Dan tidak ada yang mampu mengambil pelajaran darinya melainkan orang yang beraqal, yang diri mereka telah terbentuk dengan inti tauhid dan menolak kulit luar yang menjadi kosekuensi dari kekuatan nafsu yang merupakan bala tentera syaitan dan hawa nafsu yang batil dan pendapat hawa  nafsu yang batil."

[Tafsir Al-Jailani]


Beberapa penegasan penting di dalam Tafsiran Al-Imam Jilani radhiallahu anhu:


(1) Orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya berpegang teguh dengan kesemua Perintah Allah ; sama ada yang berupa ayat muhkamat (perintah berkenaan hukum-hakam Syari'at dan mutasyaabihaat (ayat-ayat kesamaran yang lazimnya berkait dengan rahsia-rahsia Haqiqat dan Ma'rifat)


(2) Golongan munafiq dan fasiq hanya berpegang kepada sebahagian ayat Allah sedangkan mereka menolak sebahagian lain.


(3) Golongan yang hanya mengikuti ayat mutasyaabihaat sedangkan mereka menolak untuk amalkan ayat muhkamat golongan pembuat fitnah yang bawa kepada kesesatan.


(4) Golongan yang selamat adalah golongan yang bersih jiwanya, beriman kepada kedua-dua ayat muhkamat dan mutasyaabihaat serta berpegang teguh kepada kesemuanya.


Bersambung siri 589  اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

=======================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI  

    🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 587)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 69:

Tafsir Al-Qur'an dengan

pendapat aqal, nafsu

.... sambungan.....




Dalil-Dalil

=========


Dalil 1: Firman Allah:


هُوَ ٱلَّذِيۤ أَنزَلَ عَلَيْكَ ٱلْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ ٱلْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ في قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ٱبْتِغَاءَ ٱلْفِتْنَةِ وَٱبْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلاَّ ٱللَّهُ وَٱلرَّاسِخُونَ فِي ٱلْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُواْ ٱلأَلْبَابِ 


"Dialah yang menurunkan kepadamu (wahai Muhammad) Kitab Suci Al-Quran.  Sebahagian besar dari Al-Quran itu ialah ayat-ayat "muhkamat" (yang tetap, tegas dan nyata maknanya serta jelas maksudnya); ayat-ayat muhkamaat itu ialah ibu(atau pokok) isi Al-Quran dan yang lain lagi ialah ayat-ayat "mutasyaabihaat" (yang samar-samar, tidak terang maksudnya).  Oleh sebab itu (timbullah faham yang berlainan menurut kandungan hati masing-masing) adapun orang-orang yang ada dalam hatinya kecenderungan ke arah kesesatan, maka mereka selalu menurut apa yang samar-samar dari Al-Quran untuk mencari fitnah dan mencari-cari takwilnya (memutarkan maksudnya menurut yang disukai nafsu atau pendapat aqalnya).  Padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya (maksudnya yang sebenar) melainkan Allah dan orang-orang yang tetap teguh serta mendalam pengetahuannya dalam ilmu-ilmu agama, berkata: ‘Kami beriman kepadanya, semuanya itu datangnya dari sisi Tuhan kami’ Dan tiadalah yang mengambil pelajaran dan peringatan melainkan orang-orang yang mempunyai kefahaman."   

[Aali-Imran (3) : Ayat 7]


Berkata Ibnu Abbas Radhiallahu anhu:

"Dia (Allah) yang menurunkan Al-Qur'an kepada kamu melalui perantaraan Jibril.  Di antara isi kandungan Al-Qur'an ada ayat bersifat muhkamat, iaitu ayat-ayat yang menjelaskan hukum halal dan haram, yang tidak pernah mengalami nasakh (penghapusan hukum).  Inilah dasar bagi Al-Qur'an dan semua Kitab Suci yang hukumnya diamalkan oleh manusia.  Selain itu adalah ayat mutasyaabihaat (ayat kesamaran yang memerlukan Ta'wil), iaitu ayat Qur'an yang difahami secara keliru (dan batil) oleh golongan Yahudi, Riwayat lain mengertikan ayat mutasyaabihaat sebagai ayat yang hukumnya dihapus dan tidak diamalkan lagi.  Orang yang condong kepada kesesatan adalah orang yang ragu-ragu, menentang dan meninggalkan Petunjuk Ilahi, mereka adalah Yahudi seperti Ka'ab bin Asyraf, Huyay bin Akhtab, Jaddi bin Akhtab dan pengikut-pengikut mereka.  Mereka mengikuti sebahagian ayat mutasyaabihaat untuk mencari kekufuran dan kemusyrikan (Musyrik, Syirik) dan setia dengan kesesatan mereka.  Mereka sengaja mencari-cari takwil bagi ayat mutasyaabihaat, iaitu mencari kelemahan Ummat supaya kekuasaan dan kerajaan kembali kepada mereka.  Padahal tidak ada mengetahui takwil melainkan Allah.  Firman Allah berhenti sampai sini.  Kemudian Dia menyambung; "dan orang-orang yang mendalam ilmu Taurat, iaitu Abdullah Ibn Salam dan pengikutnya berkata: “Kami beriman ayat-ayat mutasyaabihaat.  Semuanya itu dari Tuhan kami.  Tidak ada yang mengambil pelajaran darinya melainkan orang yang beraqal bersih seperti Abdullah bin Salam."

[Tafsir Ibnu Abbas]


Bersambung siri 588  اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

=======================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI

    🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 586)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 69:

Tafsir Al-Qur'an dengan

pendapat aqal, nafsu

.... sambungan.....




Penjelasan 8:

Pada hayat Rasulullah ﷺ, hanya Baginda yang berikan penjelasan terhadap Al-Qur'an.   Ketika para Sahabat musykil berkenaan sesuatu ayat Al-Qur'an, mereka segera rujuk kepada Rasulullah ﷺ. 


Selepas kewafatan Baginda,  khususnya Khulafa' Ar-Rasyidin dan Sayyidina Ibnu Abbas Ridhwanullah sahaja yang mentafsir dan menta'wil ayat Qur'an. 


Selepas kawafatan para Sahabat, hamba-hamba Allah yang benar-benar layak mentafsir dan menta'wil Al-Qur'an adalah para Imam yang mengambil bai'at dan mempelajari Agama daripada para Sahabat dengan kaedah Talaqqi Musyafahah (menghadap dan menerima ilmu dari lisan Guru).  Merekalah Ulama Taqwa dari kalangan Ahlus Sunnah wal jamaah. 


Melalui tradisi Keilmuan Ahlus Sunnah ini, iaitu Bai'at dan Talaqqi Musyafahah,  Cahaya Islam tetap terpelihara di tangan para Ulama Pewaris Nabi yang muhaqqiq yang benar-benar mewarisi Keilmuan Rasulullah ﷺ sampai Qiamat.  Ulama Tafsir dan Ta'wil yang benar-benar menepati  syarat sebagai Ulama Pewaris Nabi akan tetap wujud di kalangan Ahlus Sunnah.


Penjelasan 9:

Sejarah permulaan penyelewengan di dalam Tafsir dan Ta'wil Al-Qur'an terjadi selepas kewafatan Rasulullah ﷺ.  Berbagai golongan orang Islam yang masih jahil berkenaan Agama mula mentafsir Al-Qur'an menurut pendapat aqal dan nafsu mereka.  Mereka campur adukkan Islam dengan fahaman-fahaman batil dari falsafah, ideologi, doktrin sesat yang mereka kutip daripada ahli pemikir dan ahli Falsafah kafir.  Mereka bukan Ulama mufassir yang layak.  Mereka tidak menepati syarat-syarat sebagai Ulama Tafsir dan Ta'wil.  Tetapi mereka cukup berani mempermainkan Ayat-Ayat Allah. 


Akibat dari pentafsiran batil ini, maka lahirlah berbagai aliran pemikiran dengan tafsiran masing-masing menurut pemikiran aqal, nafsu serta kepentingan puak mereka.  Merekalah kelompok-kelompok batil dan sesat  berjumlah 72 golongan sesat.


Penjelasan 10:

Sekalian Ulama Tafsir dan Ta'wil Al-Qur'an yang benar hanya wujud di dalam Ahlus Sunnah wal Jamaah.  Setiap Mufassir (Ulama Tafsir) dan Mujtahid (Ulama yang ijtihad hukum-hakam Agama) adalah Mursyid Pewaris Nabi yang Siddiq yang menunjukki jalan lurus kepada manusia. 

Merekalah Ulama Pewaris Nabi yang mendapat Petunjuk Allah dan sentiasa di dalam Pimpinan tangan Ruhaniyyah Rasulullah ﷺ.  


Berkata Al-Imam Sulton Awliya Shaikh Abdul Qodir Jilani Radhiallahu Anhu:

“Orang-orang yang berilmu dan hikmah  (Mursyid, Ahli Sufi, Ahli ma'rifat) adalah hamba Allah yang sejati yang di-Pilih-Nya untuk menerima “Risalah-Risalah dari pengajaran-Nya”.   Allah melimpahkan mereka ilmu dan hikmah dan dengan ilmu hikmah itulah mereka menjadi manusia yang lebih tinggi darjatnya dari manusia lain.  Mereka berhubung dengan Nabi melalui perasaan yang halus dan dengan aqal yang bijaksana.  (Kehalusan Ma’rifat Ilahiyyah atau disebut juga  kasyaf  Ilahiyyah)


Allah memuji mereka yang memiliki ilmu Hikmah dengan Firman-Nya:


ثُمَّ أَوۡرَثۡنَا ٱلۡكِتَـٰبَ ٱلَّذِينَ ٱصۡطَفَيۡنَا مِنۡ عِبَادِنَاۖ فَمِنۡهُمۡ ظَالِمٌ۬ لِّنَفۡسِهِۦ وَمِنۡہُم مُّقۡتَصِدٌ۬ وَمِنۡہُمۡ سَابِقُۢ بِٱلۡخَيۡرَٲتِ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۚ ذَٲلِكَ هُوَ ٱلۡفَضۡلُ ٱلۡڪَبِيرُ


 [Tamat nukilan kitab Sirrul-Asrar Fi-ma-Yahtaju Iyahil-Abrar]


Adapun selain Ahlus Sunnah wal Jam'aah, iaitu Ulama dari 72 golongan sesat [khawarij (puak wahhabiyyah), syi'ah (rafidhi), muktazilah, mujassimah, jabariyyah dan lain-lain] adalah pentafsir-pentafsir batil dan sesat.  Mereka mentafsir dan menta'wil ayat Allah menurut  pendapat aqal dan nafsu, maka jadilah mereka sesat dan menyesatkan.  Wal Iyazubillah.


Bersambung siri 587  اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

=======================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI  

   🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

Sunday, December 15, 2024

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 585)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 69:

Tafsir Al-Qur'an dengan

pendapat aqal, nafsu

.... sambungan.....



Penjelasan

========


Penjelasan 1:

Al-Qur'an adalah Kalam Allah yang Maha Suci, Maha Agung, Maha Sempurna.  Setiap kalimatnya, bahkan setiap hurufnya mengandungi ribuan rahsia, hikmah, petunjuk, pelajaran, pengajaran dan panduan hidup zahir batin bagi sekalian manusia.


Al-Qur'an Kalamullah merupakan Cahaya Ketuhanan yang menerangi seluruh alam, menjadi Petunjuk kepada manusia yang ingin bertaqwa dan kembali kepada Allah di dalam keadaan selamat sejahtera.


Al-Qur'an Kalamullah merupakan Cahaya Ketuhanan yang menjadi penawar dan penyembuh sekalian penyakit zahir dan penyakit batin manusia.


Al-Qur'an Kalam Allah Yang Maha Agung terdiri dari kalimat-kalimat tinggi, rahsia-rahsia Ketuhanan dan kehambaan yang amat halus, rahsia alam yang tersembunyi, yang amat sukar difahami oleh kebanyakan manusia, kecuali sebahagian daripadanya yang  berbentuk peringatan, amaran, hukuman, balasan di dunia mahu pun di Akhirat.


Penjelasan 2:

Oleh kerana Al-Qur'an merupakan Kalam Allah Yang Maha Tinggi, Maha Seni dan Maha Halus sehingga tidak dapat difahami oleh kebanyakan manusia, maka manusia memerlukan mufassir (ahli Tafsir) dan mujtahid (ahli ijtihad yang menerbitkan hukum - hakam) bagi menjelaskan kandungan Al-Qur'an.


Penjelasan 3:

Setiap mufassir (ahli Tafsir) dan mujtahid (ahli ijtihad yang menerbitkan hukum - hakam) wajib menepati syarat-syarat yang benar-benar melayakkan mereka menjadi mufassir dan mujtahid. Mereka adalah "Ulama Pilihan Allah" yang mewarisi Ilmu Nabi ﷺ, zahir dan batin bagi menjelaskan kandungan Al-Qur'an. 


Penjelasan 4:

Pada hakikatnya, tidak ada yang mengetahui Tafsir dan Ta'wil bagi Al-Qur'an melainkan Allah Ta'ala sendiri.  Kemudian Allah Ta'ala Limpahkan beberapa rahsia yang tersimpan di dalam "Diri-Nya" kepada hamba-hamba Pilihan-Nya, iaitu Rasul, Nabi dan Auliya Allah yang mewarisi Cahaya Risalah dan Nubuwwah.  Melalui rahsia-rahsia Ketuhanan dan kehambaan yang Allah Ta'ala curahkan ke dalam diri mereka inilah mereka mampu mengenal haq dan batil. Mereka mampu membezakan Petunjuk Allah dengan bisikan syaitan.  Maka tafsir dan ta'wil mereka benar-benar menurut Petunjuk Allah dan bebas dari pengaruh hawa nafsu atau bisikan syaitan dan jauh dari pengaruh manusia sesat atau pengaruh pemerintah zalim.


Penjelasan 5:

Orang yang belum sampai ke peringkat Ma'rifat, mengenal Allah dengan tahqiq takkan mampu bezakan Petunjuk Allah dengan bisikan syaitan dan bisikan halus nafsu yang seringkali terlihat seperti kebenaran sedangkan ianya batil dan sesat.  Mereka seringkali terbabas kepada menuruti bisikan nafsu atau syaitan atau menurut tuntutan Pemerintah fasiq. 


Penjelasan 6:

Setiap mufassir dan mujtahid  wajib menepati kedua-dua syarat zahir dan syarat batin.  

Syarat zahir 15 syarat. 

Sebahagian daripada syarat tersebut adalah :   

Hafal Qur'an dan mahir di dalam ulumul Qur'an, hafal 500,000 Hadith dan mampu bezakan darjat-darjat Hadith, mahir di dalam 15 lughat Bahasa Arab, mahir dalam ilmu nahwu, saraf, balaghah, mantiq, bayan, badi' dan lain-lain, mahir memahami  Sirah Nabawiyyah — Sirah Rasulullah ﷺ dan  sirah Nabi-Nabi terdahulu. 


Syarat batin adalah : 

Beliau mesti merupakan ahli Ma'rifat yang sudah mengenal Allah dengan Ma'rifat yang tahqiq sehingga setiap "Kalimat Allah" yang ditafsirnya menurut Petunjuk Allah yang tahqiq,  tidak sesekali terbit dari nafsu kehendaknya atau kerana bisikan syaitan atau kehendak manusia. 


Penjelasan 7:

Setiap mufassir dan mujtahid yang benar hanya wujud di dalam Ahlus Sunnah Wal Jamaah,  sedangkan selain Ahlus-Sunnah (72 golongan yang terkeluar dari Ahlus Sunnah)  mentafsirkan Al-Qur'an secara batil kerana mereka menuruti hawa nafsu dan bisikan syaitan. 


Bersambung siri 586  اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

=======================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI

🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 584)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 69:

Tafsir Al-Qur'an dengan

pendapat aqal, nafsu

======================



Definisi-Definisi:

=============


Definisi Tafsir

______________


Dari segi bahasa: 

Tafsir (تَفْسِير ) berasal dari kata dasar (فسر ,يفسر, تفسيرا) bererti : 

penjelasan, penerangan, penyuluhan, penyingkapan, menjelaskan kesamaran, terang nyata, membuka tutupan, menyingkap suatu yang tersembunyi. 


Dari segi istilah:

Tafsir (تَفْسِير )

Tafsir adalah penyingkapan, penyuluhan, huraian, kupasan, penjelasan, penerangan yang mendalam terhadap ayat-ayat suci Al-Qur'an oleh Ulama yang benar-benar mahir dan menepati syarat sebagai Mufassir (Pakar Tafsir) dan Mujtahid (pakar menerbitkan hukum), bertujuan memahami Perintah Allah yang bersifat zahir (syari'at) dan yang bersifat batin (rahsia-rahsia Ma'rifat) serta melaksanakannya di dalam seluruh kehidupan bagi mencapai Keredhaan Allah.


Berkata sebahagian Ulama:

Tafsir (تَفْسِير ) ialah menjelaskan makna ayat: dari segi segala persoalannya, kisahnya, asbabun nuzulnya, dengan menggunakan lafaz yang menunjukkan kepadanya secara terang.


Pengertian lain:

Tafsir (تَفْسِير ) ialah ilmu yang mengkaji tentang pemahaman terhadap Kitabullah yang diturunkan kepada Junjungan Nabi Muhammad ﷺ, menerangkan makna-maknanya, mengeluarkan hukum-hukum serta hikmah yang terkandung di dalamnya.  



Definisi Ta'wil

_________________


Dari segi bahasa:

Ta'wil (تأْوِيل ) berasal dari kata awwala , yu'awwilu, ta'wilan ( اَوَّلَ ، يُأَوِّلُ ، تأْوِيلاً ) yang bermaksud :  akibat, memalingkan, kembali bersandar padanya,


Dari segi istilah:

Pengertian Umum Ta'wil (تأْوِيل ) adalah hampir serupa dengan pengertian Tafsir, iaitu penyingkapan, penyuluhan, huraian, kupasan, penjelasan, penerangan yang mendalam terhadap ayat-ayat suci Al-Qur'an oleh Ulama Allah yang benar-benar mahir dan layak. 


Pengertian khusus Ta'wil (تأْوِيل ) adalah:  

Memalingkan makna zahir suatu ayat Qur'an kepada makna batin yang menepati ruh Agama, iaitu menepati Al-Qur'an dan Sunnah Rasul ﷺ atau dikatakan:

Ta'wil (تأْوِيل ) adalah mengembalikan sesuatu ayat atau keterangan Al-Qur'an kepada maksud yang sebenarnya atau tujuan sebenar ia diturunkan. 


Catitan: 

Persamaan dan Perbezaan Tafsir dan Ta'wil:

____________________________________


(1) Pada dasarnya Tafsir (تَفْسِير ) dan Ta'wil (تأْوِيل ) mendokong matlamat yang sama, iaitu: Menjelaskan kandungan Al-Qur'an sehingga diketahui Perintah Allah, cara-cara mengenal Allah dan cara-cara ubudiyyah kepada Allah dengan tulus ikhlas bagi mencapai Keredhaan Allah. 


(2) Tafsir lebih umum daripada Ta’wil.  Ta'wil menjelaskan pengertian yang mendalam dari Tafsir.


(3) Tafsir menerangkan lafaz-lafaz dan hukum yang pasti sedangkan Ta’wil lebih banyak menjelaskan haqiqat dan rahsia-rahsia disebalik ungkapan.


(4) Pada hakikatnya sumber bagi Tafsir dan Ta'wil adalah daripada Allah Ta'ala sendiri.   Ini kerana Al-Qur'an adalah Kalam Allah, maka Dia yang Maha Mengetahui tafsir dan ta'wil bagi setiap Kalimat-Nya. Ini bermakna Ulama yang benar mengambil tafsir dan ta'wil dari Petunjuk Allah (iaitu kasyaf, ladunni, Ilham Rabbaniyyah ).  Mereka tidak melakukan Tafsir dan Ta'wil terhadap Al-Qur'an menurut pendapat sendiri. 


Bersambung siri 585  اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

=======================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI  

🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

Saturday, December 07, 2024

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 583)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 68

Menyumpah Musibah

....sambungan....


Rawatan dan Penjagaan

=================


(1) Fardhu 'ain pelajari Bab Qodha dan Qadar

Setiap orang Islam wajib mempelajari hukum-hakam berkenaan Taqdir, Ketentuan Allah yang 'Azali,  Af'al Allah (Perbuatan Allah) dan af'al makhluq (perbuatan makhluq) kerana tajuk "Dosa besar menyumpah musibah" merupakan persoalan yang terkait kepada Iman kepada Qadha dan Qadar. 


(2) Pelajari Tauhid daripada Mursyid yang Siddiq (benar)

 Setiap Muslim wajib menuntut ilmu berkenaan Tauhid (Tauhid Haqiqi) dari  Mursyid Pewaris Nabi yang Siddiq.  Ini kerana hanya Mursyid yang Siddiq benar-benar 'arif Mengenal Allah Zahir dan Batin. 


(3) Allah Ta'ala Ciptakan makhluq menurut Ketentuan-Nya yang 'Azali

Menyakini tanpa keraguan bahawa Allah Ta'ala Menciptakan setiap makhluq menurut Taqdir ketentuan yang Azali.


Firman Allah:


إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ


"Sesungguhnya Kami menciptakan tiap-tiap sesuatu menurut Taqdir (yang telah ditentukan)”

[Al-Qamar  (54) : Ayat 49]


(4) Allah Ta'ala ciptakan makhluq berserta perbuatannya

Tetapkan keyakinan yang tiada belah bahagi bahawa Allah Ta'ala Maha Menciptakan sekalian makhluq berserta perbuatannya (sekalian hal ehwal yang terjadi padanya).


Firman Allah:


وَٱللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ 


"Allah yang mencipta kamu dan perbuatan kamu."

[As-Saffat (37) : Ayat 96]


(5) Tiada suatu diam atau bergerak melainkan dengan Allah

Meyakini bahawa tidak ada suatu zarrah pun diam atau bergerak (pada haqiqatnya) melainkan ianya ketentuan Allah. 


Firman Allah Ta'ala:


وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ رَمَىٰ


"dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar."

[Al Anfal (8) : Ayat 17]


(6) Tiada suatu musibah menimpa melainkan dengan ketentuan Allah

Yakin dengan keyakinan teguh bahawa tiada yang memberi manfaat dan tiada yang mampu menolak mudharat, musibah, kecelakaan melainkan dengan Allah. 


(7) Orang yang selamat

Orang yang selamat dunia Akhirat adalah orang yang benar-benar Taqwa kepada Allah, sabar dengan kesabaran yang tinggi menghadapi sekalian musibah yang menimpa dengan penuh keimanan serta jauhkan sama sekali dari menyumpah musibah yang menimpanya.


 Firman Allah Ta'ala:


إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ


Maksudnya: “Sesungguhnya orang-orang yang bersabar sahaja yang akan disempurnakan pahala untuk mereka dengan tidak terkira”. 

[Az-Zumar (39) : Ayat 10]


Bersambung siri 584  اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

=======================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI

🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 582)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 68

Menyumpah Musibah

….sambungan….



Contoh-contoh

===========


Contoh 1:

Seorang pejalan kaki tersepak batu sehingga kakinya berdarah.  Lalu dia menyumpah musibah yang menimpanya dengan kata-kata "sial", "celaka", "batu tak guna" dan sebagainya.  


Contoh 2:

Seorang isteri yang kematian suami atau kematian anaknya menyumpah musibah yang menimpanya dengan kata-kata buruk. 


Contoh 3:

Seseorang yang hilang harta benda di dalam kebakaran menyumpah-nyumpah musibah yang menimpanya.



Punca manusia menyumpah

====================


(1) Penyakit hati yang berat

(2) Jahil berkenaan Taqdir Ketentuan Allah

(3) Kemarahan meluap-luap



Akibat menyumpah musibah

=====================


(1) Rosak Imannya, Tauhidnya 

(2) Hilang Rahmat Allah

(3) Termasuk orang yang kufur Ni'mat

(4) Masuk Kemurkaan Allah


Bersambung siri 583  اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

=======================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI

🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

Thursday, December 05, 2024

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 581)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 68

Menyumpah Musibah

….sambungan….


Penjelasan ringkas :

Musibah ke atas Rasul, Nabi dan Auliya Allah.


Musibah bagi Rasul, Nabi dan Auliya Allah adalah suatu bentuk Kasih Sayang Allah Ta'ala kepada mereka bagi meningkatkan Darjat mereka di Sisi-Nya.


Daripada sekian banyak manusia, hamba-hamba Allah yang paling berat menerima musibah adalah sekalian Utusan Allah.  Mereka dimusuhi, dituduh sebagai ahli sihir, dituduh pemecah belah masyarakat, dituduh pelampau yang cuba merosak masyarakat, dituduh sebagai gila dan macam-macam lagi penghinaan dilemparkan kepada mereka.  


Mengapakah mereka dimusuhi dan diperangi?


Cuba lihat Nabi kita yang mulia Sayyidina Muhammad ﷺ.   Sebelum Junjungan Rasulullah ﷺ mendapat wahyu menjadi Nabi, Baginda terkenal sebagai Al-Amin, orang yang amanah, orang yang sangat mulia.    Namun sebaik sahaja Baginda menjadi Nabi dan menyeru kaum Quraisy supaya beriman kepada Allah Yang Maha Esa, dan tinggalkan sembahan kepada berhala, maka seluruh angkatan Quraisy bangkit memerangi Baginda.  Mereka mencaci, menghina dan menuduh Baginda dengan berbagai panggilan buruk. 


Mengapakah kaum Quraisy tiba-tiba menjadi ganas?

Apakah kesalahan Baginda?

Kaum Quraisy memusuhi Baginda kerana Baginda menyeru kepada "Tauhid".  Baginda menyeru kepada hakikat _Ubudiyyah_ yang mutlaq.  Golongan Quraisy memahami maksud Da'wah Rasulullah ﷺ.  


Jika Baginda menyeru kaum Quraisy supaya masing-masing melakukan ritual peribadatan, sudah tentu masyarakat Quraisy akan menerima dengan lapang dada kerana mereka juga beribadat kepada patung-patung dewa Tuhan-tuhan mereka.  Tetapi "Cahaya Tauhid" yang Baginda bawa bukan demikian, bukan ritual peribadatan yang telah menjadi amalan mereka.  Tetapi ia adalah Kalimat Agung yang menggoncang kegelapan hati manusia jahil dan takabbur. 


Meskipun para Rasul, Nabi dan Warisatul Anbiya menghadapi berbagai tentangan, halangan, cacian, fitnah dan ugutan, namun mereka tetap menyempurnakan Amanah Allah dan tidak berganjak sedikit pun daripada kebenaran. 


Allah Ta'ala meningkatkan Darjat Kemuliaan mereka di Sisi-Nya atas kesabaran mereka menghadapi segala dugaan mendirikan Kalimah Allah atas muka bumi.    Sesungguhnya mereka adalah Kekasih Allah yang tiada khuatir dan tiada ketakutan apa pun menghadapi makhluq.


 Firman Allah :


أَلَآ إِنَّ أَوۡلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ


“Ketahuilah! Sesungguhnya wali-wali Allah, tidak ada kebimbangan (dari sesuatu yang tidak baik) terhadap mereka dan mereka pula tidak akan berdukacita.”

[Yunus (10) : Ayat 62]


Bersambung siri 582  اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

=======================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI

🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 580)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 68

Menyumpah Musibah

….sambungan…..


Penjelasan ringkas:

Musibah ke atas orang beriman.


Musibah yang menimpa orang beriman adalah suatu bentuk Rahmat dan Belas Ihsan Ilahi kepada mereka, bukan bala Kemurkaan-Nya.  Semua jenis musibah yang menimpa orang beriman sama ada berbentuk bencana ke atas dirinya seperti kesakitan tubuh badan, kesedihan, kehilangan harta benda dan kezaliman manusia ke atasnya atau musibah berupa bencana alam meliputi dunia seperti taufan, banjir besar, gempa bumi dan lain-lain sepertinya... dalam semua keadaan ini musibah yang menimpanya mengandungi hikmah kebaikan dan keberuntungan baginya dunia Akhirat.


(1) Ujian Keimanan —Siapa yang sebenarnya beriman.


Firman Allah :


  الم (١)أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ (٢)وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (٣)


Alif laam miim.   

Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?  Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.

[Al-Ankabut (29) : Ayat 1,2,3]



(2) Ujian Tawakkal dan kesabaran.


Firman Allah :


وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ


“Sungguh, Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.  Dan berikan khabar gembira bagi orang-orang yang bersabar” 

[Al Baqarah (2) : Ayat 155]



(3) Supaya manusia sentiasa tetap bergantung hati kepada-Nya.


Firman Allah :


أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ


“Apakah kamu mengira bahawa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cubaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?  Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cubaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”

[Al-Baqarah (2) : Ayat 214]


(4)  Allah Ta'ala hapuskan dosanya, di-Kurniakannya pahala, dinaikkan darjatnya.


Rasulullah ﷺ bersabda:

"Tidak ada penderitaan, kesengsaraan, sakit, kesedihan dan bahkan juga kekalutan yang menimpa seorang mukmin, melainkan dengan semua itu dihapuskan sebahagian dosanya. “

[Imam Muslim]


Rasulullah ﷺ bersabda:

"Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau yang Iebih kecil dari itu, melainkan akan ditulis baginya satu derajat dan akan dihapus satu kesalahannya.”

[Imam Muslim]


Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidak ada satu pun musibah (cubaan) yang menimpa seorang muslim berupa duri atau yang semisalnya, melainkan dengannya Allah akan mengangkat derajatnya atau menghapus kesalahannya.”

[Imam Muslim]


(5) Bertemu Allah di dalam keadaan bersih.


Rasulullah ﷺ bersabda:


“Sentiasalah ujian itu menerpa mukmin atau mukminah pada jasadnya, harta dan anaknya sampai ia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa.”

[Imam Ahmad dan Imam Tirmidzi]


Perhatikan :

Keseluruhan keterangan di atas membawa maksud yang sama ; iaitu memberikan isyarat khabar gembira kepada orang beriman bahawa setiap musibah yang terkena kepada mereka akan diberikan ganjaran terbaik dari Sisi-Nya.   Sesekali ketika mereka terjatuh kepada kelalaian dan dosa, maka Allah Ta'ala menyediakan Jalan Taubat dan kifaratkan dosa-dosa mereka dengan menimpakan berbagai musibah.”


Bersambung siri 581  اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

=======================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI

🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 579)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 68

Menyumpah Musibah

….sambungan…..


Penjelasan ringkas :

Musibah ke atas orang Kafir, Munafiq dan Fasiq.


Sesungguhnya musibah yang terkena kepada orang kafir, munafiq dan fasiq, sama ada yang terkena secara khusus kepada diri mereka sendiri seperti penyakit misteri atau musibah secara umum yang menimpa dunia seperti gempa bumi, taufan, kebakaran dan sebagainya ... maka semua macam Musibah ini merupakan bala Kemurkaan Allah dan Penghinaan Allah ke atas kekufuran mereka.


Siapakah yang dimaksudkan dengan orang kafir, munafiq dan fasiq dan apakah perbezaannya?  Kita menyebut secara ringkas :


Kafir — orang yang terang-terang mengingkari Allah dan Rasul, enggan beriman kepada Allah dan Rasul dan melakukan penentangan terhadap Agama Islam yang suci.


Munafiq — Orang yang menzahirkan keislamannya dan menyembunyikan kekafirannya.  Ertinya dia menamakan dirinya Islam, berpakaian Islam dan mengikut adat kebiasaan orang Islam namun hatinya kafir.   Orang ini hanya pura-pura Islam dengan niat-niat yang menyimpang — boleh  jadi dia ingin mendapat habuan duniawi atau mengambil kesempatan atas kelemahan orang Islam atau dia benar-benar bertujuan memusnahkan orang Islam dari dalam (gunting di dalam lipatan atau api di dalam sekam).


Fasiq — Orang Islam yang melakukan dosa besar (minum arak, judi, tenung nasib, melakukan kezaliman ke atas manusia, khianati amanah Allah dan lain-lain) atau dia kekalkan dosa kecil tanpa Taubat.  Orang fasiq tidak kafir, tetapi masih Islam namun keislamannya di tebing bahaya, boleh jatuh kekafiran jika tidak berhati-hati dan terus- menerus di dalam kefasikan. 


Bagi ketiga-tiga golongan ingkar ini, musibah merupakan bala Kemurkaan Allah, BUKAN Rahmat Allah.  Meskipun mereka hidup mewah, memiliki kekayaan melimpah-ruah, berpangkat tinggi serta mempunyai kedudukan yang istimewa pada pandangan dunia... namun sia-sialah sekalian perbuatan mereka dan mereka adalah manusia yang merugi dunia Akhirat.  Mereka akan bergembira sementara waktu kemudian akan ditimpakan azab di dunia lagi, kemudian Azab lebih besar di Akhirat.  Wal Iyazubillah


Firman Allah :


وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ 


“Dan Sesungguhnya Kami (Allah) akan merasakan kepada mereka sebahagian Azab yang dekat (di dunia) sebelum Azab yang lebih besar (di Akhirat)."

[As-Sajadah (32) : Ayat 21]


Firman Allah :


أُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلَّذِينَ لَيۡسَ لَهُمۡ فِى ٱلۡأَخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ‌ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيہَا وَبَـٰطِلٌ۬ مَّا ڪَانُواْ يَعۡمَلُونَ


“Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di Akhirat, kecuali 'Azab Neraka dan lenyaplah di Akhirat itu apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.”

[Huud (11) : Ayat 16]


Firman Allah :


وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لا يَعْلَمُونَ 


“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan _Istidraj_ mereka (menarik mereka dengan beransur-ansur ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.”

[Al A'raf  (7) : Ayat 182]


Rasulullah   ﷺ  bersabda:


”Apabila kamu melihat bahawa Allah Taala memberikan Nikmat kepada hamba-Nya yang selalu membuat maksiat (derhaka), ketahuilah bahawa orang itu telah di istidraj oleh Allah Ta’ala.”

[Imam At-Thabrani, Imam Ahmad, Imam Al-Baihaqi)


Adakah kamu kagum dengan orang kafir, munafiq dan fasiq hidup mewah, hidup di dalam keriangan, sedangkan mereka terus-menerus memusuhi Agama dan melakukan berbagai kerosakan dan kezaliman di atas muka bumi?


Sesungguhnya yang demikian ... Kekayaan, kemewahan, pangkat dan kedudukan yang mereka menikmati BUKAN dari Kemurahan Allah Ta'ala sebaliknya ia merupakan Istidraj, iaitu Allah Ta'ala biarkan mereka di dalam kekufuran mereka sehingga sampai suatu masa Allah Ta'ala menyentap ruh mereka dengan rentapan yang keras. 


Bersambung siri 580   اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

=======================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI

🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 578)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 68

Menyumpah Musibah

….. sambungan…..


Bentuk-Bentuk Musibah

==================


Sebagaimana kami katakan: Berdasarkan penegasan Al-Qur'an, Hadith dan Ijma Qias Ulama kita (Ahlus Sunnah), Musibah yang menimpa seseorang atau sesebuah kumpulan manusia atau sesebuah negara atau dunia seluruhnya adalah di dalam Kekuasaan Allah Ta'ala Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.  Setiap musibah yang terjadi adalah menurut ketentuan Allah pada Azali. 


Allah Ta'ala menimpakan Musibah kepada manusia berdasarkan keadaan diri seseorang — hal hati seseorang berserta perkataan dan perbuatannya.  Tujuan musibah yang menimpa seseorang dan akibat daripada musibah tersebut jauh beza dengan musibah yang menimpa orang beriman. Demikian lagi musibah yang menimpa Rasul, Nabi dan Auliya Allah mempunyai maksud-maksud tertentu yang berbeza dengan musibah yang menimpa orang beriman tingkatan rendah.


Pertama : Musibah ke atas orang kafir, munafiq dan fasiq.

Sesungguhnya musibah yang terkena kepada orang Kafir, Munafiq dan fasiq ; sama ada yang terkena secara khusus kepada diri mereka sendiri seperti penyakit misteri atau musibah secara umum yang menimpa dunia seperti gempa bumi, taufan, kebakaran dan sebagainya ... maka semua macam musibah ini merupakan bala Kemurkaan Allah dan Penghinaan Allah ke atas kekufuran mereka.


Kedua : Musibah ke atas orang beriman.

Musibah yang menimpa orang beriman adalah suatu bentuk Rahmat dan Belas Ihsan Ilahi kepada mereka, bukan bala Kemurkaan-Nya.

Semua jenis musibah yang menimpa orang beriman sama ada berbentuk bencana ke atas dirinya seperti kesakitan tubuh badan, kesedihan, kehilangan harta benda dan kezaliman manusia ke atasnya atau musibah berupa bencana alam meliputi dunia seperti taufan, banjir besar, gempa bumi dan lain-lain sepertinya... dalam semua keadaan ini musibah yang menimpanya mengandungi hikmah kebaikan dan keberuntungan baginya dunia Akhirat.


Ketiga : Musibah ke atas Rasul, Nabi dan Auliya Allah

Musibah bagi Rasul, Nabi dan Auliya Allah adalah suatu bentuk Kasih Sayang Allah Ta'ala kepada mereka bagi meningkatkan Darjat mereka di Sisi-Nya.  Daripada sekian banyak manusia, hamba Allah yang paling berat menerima musibah adalah sekalian utusan Allah.  Mereka dimusuhi, dituduh sebagai Ahli sihir, dituduh pemecah belah masyarakat, dituduh pelampau yang cuba merosak masyarakat, dituduh sebagai gila, ahli sihir dan macam-macam lagi penghinaan dilemparkan kepada mereka.  


Bersambung siri 579   اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

=======================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI

🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

Tuesday, December 03, 2024

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 577)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 68

Menyumpah Musibah




Pegangan 8:

Kemungkaran, kezaliman, ma’siat terang-terangan mengundang  wabak penyakit berat.


Rasulullah   ﷺ  bersabda:


لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلاَّ فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ وَالأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلاَفِهِمُ الَّذِينَ مَضَوْا


"Tidaklah muncul kejahatan pada sesebuah kaum sehinggalah mereka melakukannya secara terang-terangan melainkan akan merebak dalam kalangan mereka wabak taun serta penyakit-penyakit yang tidak pernah muncul dalam kalangan generasi sebelum mereka.

[Imam Ibn Majah]


Pegangan 9:

Musibah kerana tiada yang cegah kemungkaran.


Musibah turun apabila ma'siat berleluasa dan tidak ada yang mencegah kemungkaran tersebut.


Firman Allah:


وَٱتَّقُواْ فِتۡنَةً۬ لَّا تُصِيبَنَّ ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمۡ خَآصَّةً۬‌ۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ


“Dan peliharalah diri kamu dari fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu secara khusus, (akan tetapi menimpa secara umum) dan ketahuilah bahawa Allah Amat Keras siksaan-Nya.” 

[ Al-Anfaal (8) : Ayat 25]


Firman Allah:


فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُڪِّرُواْ بِهِۦۤ أَنجَيۡنَا ٱلَّذِينَ يَنۡہَوۡنَ عَنِ ٱلسُّوٓءِ وَأَخَذۡنَا ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ بِعَذَابِۭ بَـِٔيسِۭ بِمَا كَانُواْ يَفۡسُقُونَ


"Maka ketika mereka melupakan (tidak menghiraukan) apa yang telah diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang daripada perbuatan jahat itu dan Kami timpakan orang-orang yang zalim dengan azab seksa yang amat berat, disebabkan mereka berlaku fasiq (derhaka)"

[Al-A'raf  (7) : Ayat 165]



Pegangan 10:

Bala ma'nawiyyah — Musibah kepada hati (Hati dikunci mati akibat kekufuran).


Firman Allah:


فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ۬ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضً۬ا‌ۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمُۢ بِمَا كَانُواْ يَكۡذِبُونَ


Dalam hati mereka (golongan yang munafiq itu) terdapat penyakit, maka Allah tambahkan lagi penyakit itu kepada mereka; dan mereka pula akan beroleh azab seksa yang tidak terperi sakitnya, dengan sebab mereka berdusta (dan mendustakan kebenaran). 

[Al-Baqarah (2) : Ayat 10]


Bersambung siri 578   اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

=======================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI

    🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 576)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 68

Menyumpah Musibah



Dalil-dalil

=========


Berikut adalah ringkasan pegangan Ahlus Sunnah wal Jamaah berhubung dengan musibah berserta dalil-dalilnya.


Pegangan 1:

Setiap Musibah pada haqiqatnya dari Allah Ta'ala.


Firman Allah:


مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِى ڪِتَـٰبٍ۬ مِّن قَبۡلِ أَن نَّبۡرَأَهَآ‌ إِنَّ ذَٲلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ۬


“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis di dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.  Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”.

[Al-Hadid (57) : Ayat 22]



Pegangan 2:

Tidak akan berlaku Musibah melainkan dengan izin Allah.


Firman Allah:


مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِ‌ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَہۡدِ قَلۡبَهُ ۥ‌ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمٌ۬ 


Tidak ada kesusahan (atau bala bencana) yang menimpa (seseorang) melainkan dengan izin Allah dan sesiapa yang beriman kepada Allah, Allah akan memimpin hatinya (untuk menerima apa yang telah berlaku itu dengan tenang dan sabar) dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu.”

[At-Taghabun (64) : Ayat 11]



Pegangan 3:

Tawakkal kepada Allah ketika ditimpa Musibah.


Firman Allah:


قُل لَّن يُصِيبَنَا إِلاَّ مَا كَتَبَ اللّهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ


Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami.  Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal."

[At-Taubah (9) : Ayat 51]



Pegangan 4:

Ganjaran besar bagi orang beriman yang sabar dan tawakkal kepada Allah di atas Musibah kezaliman manusia ke atasnya.


Firman Allah:


وَالَّذِينَ هَاجَرُواْ فِي اللّهِ مِن بَعْدِ مَا ظُلِمُواْ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَلَأَجْرُ الآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُواْ يَعْلَمُونَ. الَّذِينَ صَبَرُواْ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُون

 

“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia.  Dan Sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal.”

[An-Nahl (16) : Ayat 41, 42]



Pegangan 5:

Musibah sebagai dugaan Keimanan.


Firman Allah:


وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ


“Dan sungguh akan Kami berikan cubaan kepada kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.  Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”

[Al-Baqarah (2) : Ayat 155]



Pegangan 6:

Musibah dan azab berat terjadi akibat Ma'siat.


Firman Allah:


وَإِذَآ أَرَدۡنَآ أَن نُّہۡلِكَ قَرۡيَةً أَمَرۡنَا مُتۡرَفِيہَا فَفَسَقُواْ فِيہَا فَحَقَّ عَلَيۡہَا ٱلۡقَوۡلُ فَدَمَّرۡنَـٰهَا تَدۡمِيرً۬ا


Dan apabila sampai tempoh Kami hendak membinasakan penduduk sesebuah negeri, Kami perintahkan (lebih dahulu) orang-orang yang melampau dengan kemewahan di antara mereka (supaya taat), lalu mereka menderhaka dan melakukan ma’siat padanya; maka berhaklah negeri itu dibinasakan, lalu kami menghancurkannya sehancur-hancurnya.

[Al-Isra (17) : Ayat 16]



Pegangan 7:

Musibah sebagai kifarat dosa-dosa


Rasulullah ﷺ bersabda:

Tidaklah seorang mukmin itu ditimpa kepenatan, kesakitan, perkara yang tidak disukainya, kesedihan, bahaya (yang disebabkan oleh orang lain) dan kerisauan, hatta duri yang mencucuknya kecuali Allah akan mengampunkan dosa-dosanya.”

[Imam Bukhari, Imam Muslim]


Bersambung siri 577   اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

=======================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI  

🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 575)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 68:

Menyumpah Musibah (مُصِيْبَة)

=======================



Definisi:

=======


Dari segi bahasa: 

.................................

Dari segi bahasa, musibah ( مُصِيْبَة ) berasal dari kata ( أصَابَ - يُصِيْبُ ) —  asoba, yusibu, yang bererti tertimpa, terkena, menimpa, terlimpah, limpahan, menepati sasaran.


Dari segi istilah:

..............................

Pada sisi Syara',  musibah ( مُصِيْبَة ) boleh membawa kedua-dua  maksud tertimpa keburukan (kecelakaan) atau boleh juga bermaksud memperoleh limpahan kebaikan.  Al-Qur'an menggunakan perkataan "musibah" bagi menunjukkan kedua-dua keadaan ini.   Namun lazimnya istilah "musibah"  digunakan secara meluas untuk menunjukkan suatu keadaan kepedihan, kesakitan, kecelakaan, kesusahan hidup yang tidak menyenangkan.



Penjelasan

==========


Penjelasan 1:

Daripada ta'rif musibah, kita memahami ungkapan "musibah" lazimnya digunakan untuk menunjukkan "suatu keadaan yang tidak disenangi" yang menimpa seseorang atau keluarga, masyarakat atau sesebuah negara seluruhnya. Musibah mengakibatkan berbagai kesakitan, kesukaran hidup, penderitaan hidup. 


Penjelasan 2:

Sebahagian orang menganggap "musibah" yang menimpa mereka dan dunia seluruhnya sebagai fenomena alam dan tiada kaitan dengan perbuatan manusia. Sebahagian lagi menganggap "musibah" sebagai sumpahan-sumpahan jinn, bunian, dewa-dewa dan sebagainya.  Sebahagian lagi menganggap semua macam "musibah" sebagai suatu yang malang dan tiada apa-apa kebaikan padanya.  Pendapat-pendapat seperti ini bertentangan dengan pendirian dan pegangan Ahlus Sunnah. 


Penjelasan 3:

Menurut pendirian Ahlus Sunnah wal Jama'ah, setiap musibah yang menimpa manusia atau alam ini seluruhnya adalah dari Allah Ta'ala pada haqiqatnya, bukan terjadi sendiri.

Zahirnya kamu melihat gempa bumi, Tsunami, gunung berapi, banjir besar dan lain-lain melanda dunia sehingga terjadi berbagai kerosakan dan kemusnahan.  Zahirnya kuman, bakteria, virus berbahaya menimpa manusia sehingga sebahagiannya mati.  Haqiqatnya semua kejadian tersebut berlaku menurut ketetapan Yang Maha Kuasa. 


Penjelasan 4:

Setiap musibah berlaku mempunyai maksud dan hikmah tersendiri yang tidak dapat diselami oleh kebanyakan manusia.   Sebahagian lagi darinya adalah bala Kemurkaan Allah.  Sebahagian lagi adalah peringatan dari Allah Ta'ala, sebahagian lagi mengandungi dugaan dan cubaan ke atas Keimanan seseorang, sebahagian lagi sebagai jalan mencapai pahala, dihapuskan dosa dan dinaikkan darjatnya. 


Penjelasan 5:

Menyumpah suatu musibah adalah dosa besar kerana ketika seseorang menyumpah suatu musibah, maka dia sedang menyumpah-nyumpah Allah Ta'ala. 


Berkata Imam Al-Haytami Radiallahu anhu:

"Hadith-hadith yang banyak menunjukkan bahawa meratapi jenazah, dan perbuatan lain seperti mencabut rambut, mencakar wajah, merobek baju dan menyumpah serapah adalah perbuatan terlaknat.  Semua itu boleh bawa kepada kekafiran.  Banyak pendapat (fatwa Ulama) mengatakan ianya dosa besar.

[Az-Zawaajir] 


Bersambung siri 576   اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

=======================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI

🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

Monday, December 02, 2024

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 574)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 67:

Enggan beri makan

kepada faqir miskin

.....Sambungan....



Rawatan dan Penjagaan

=================


(1) Menetapkan Tauhid berhubung dengan rezeki

Kunci memahami tajuk ini dan kunci menepati Kehendak Allah adalah dengan cara menetapkan Tauhid di dalam hati bahawa sesungguhnya Allah Ta'ala Maha Menguasai dan Maha Pemberi Rezeki kepada setiap manusia bahkan setiap makhluq yang melata di bumi dan langit dan lautan.   


Dia Maha Mengurniakan rezeki kepada setiap manusia menurut Kehendak-Nya dan Ketetapan-Nya yang Azali.  Meskipun zahirnya manusia yang berusaha sungguh-sungguh mencari rezeki sehingga dia memperoleh harta kekayaan, namun hakikatnya semua itu Pemberian Allah.  


Apabila seseorang yang beriman menetapkan keyakinan ini, maka dia akan mudah menunaikan tuntutan Allah pada urusan rezekinya. Namun menetapkan Tauhid ini amat sukar bagi kebanyakan orang di sebabkan wujudnya "keakuan diri", bisikan nafsu kejahatan dan hasutan Iblis yang sentiasa berusaha siang malam untuk menyesatkan manusia.


Contoh bisikan nafsu dan Iblis:

Ketika seseorang ingin bersedekah membantu faqir miskin Iblis bisikkan "jangan sedekah, nanti kamu hidup kamu susah", atau dia bisikkan, "anak kamu ramai sekolah, anak kamu perlukan belanja".


Jika dia berjaya atasi bisikan tersebut dan berjaya sedekah membantu faqir miskin dan keluarkan belanja untuk keperluan orang lain, Iblis akan datang dengan bisikan lain — bisikkan ujub, riya dan takabbbur... kata Iblis :

"kamu hebat sebab mampu sedekah kepada orang yang kesusahan. Tak ada orang lain sehebat kamu."


Ertinya dari arah mana pun, Iblis akan datang dengan berbagai bisikan sama ada menghalang terus seseorang dari menunaikan kewajipan ini atau menimbulkan kebanggaan di dalam diri sehingga rosak Tauhid.


(2) Memaksa diri

Jika seseorang mendapati dirinya sukar menetapkan Tauhid ini dan terasa sangat susah memberi makan kepada orang lain, susah membantu orang lain, kadangkala bercampur riya, bangga, megah diri dsb,  maka dia perlu memaksa diri bersedekah, membantu orang lain walaupun dalam keadaan kurang ikhlas pada permulaannya. In shaa Allah lama kelamaan hatinya akan menjadi lembut untuk bersedekah, memberi makan dan hulurkan bantuan kepada yang memerlukan tanpa berkira-kira.


(3) Lazimkan membaca Peringatan Allah dan Rasul-Nya

Cara lain adalah sentiasa mengulang peringatan dan amaran Allah dan Rasul-Nya berhubung dengan kewajipan membantu faqir miskin dan orang yang terlantar. Mudah-mudahan hati menjadi lembut dengan mengulang-ulang ayat-ayat Allah dan Hadith Baginda Rasul ﷺ.


Bersambung siri 575   اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

========================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI

🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 573)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 67:

Enggan beri makan

kepada faqir miskin

.....Sambungan....



Punca 

======


(1) Penyakit hati — cinta dunia dan bakhil

(2) Tiada kasih sayang sesama orang beriman 

(3) Tiada belas ihsan kepada manusia 

(4) Mementingkan diri 



Akibat

======


(1) Tidak mendirikan solat dan enggan beri makan kepada faqir miskin menjadi asbab Kemurkaan Allah

Orang-orang yang enggan memberi makan kepada faqir miskin dan yang yang kelaparan, orang yang tidak mahu menganjurkan beri makan dan mereka yang menghalang orang lain memberi makan kepada manusia yang kelaparan adalah termasuk manusia yang menerima Kemurkaan Allah.


Firman Allah:


مَا سَلَكَكُمْ فِى سَقَرَ. قَالُوا۟ لَمْ نَكُ مِنَ ٱلْمُصَلِّينَ . وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ ٱلْمِسْكِينَ


"(Setelah melihat orang-orang yang bersalah itu, mereka berkata): Apakah yang menyebabkan kamu masuk ke dalam (Neraka) Saqar?  Orang-orang yang bersalah itu menjawab: Kami tidak termasuk dalam kumpulan orang-orang yang mengerjakan sembahyang; Dan kami tidak pernah memberi makan orang-orang miskin;"

[Al-Muddathhir (74) : Ayat 42 - 44]



(2) Kebakhilan jadi kalung Neraka


Firman Allah:


وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ


"Dan sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari Kurnia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya (siksaan neraka) di hari Qiamat. Dan kepunyaaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

[Aali Imran (3) : Ayat 180]


(3) Jauh dari Rahmat Allah, hilang keberkatan rezeki


Rasulullah   ﷺ  bersabda:

“Sedekahkan hartamu.  Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menahan harta untuk diri sendiri). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan keberkatan rezeki tersebut. Janganlah menghalangi Anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan Anugerah dan kemurahan untukmu.”

[Imam Bukhari, Imam Muslim]


Bersambung siri 574   اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

========================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI  

🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

Friday, November 29, 2024

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 572)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 67:

Enggan beri makan

kepada faqir miskin

.....Sambungan....



Contoh-contoh:

============


Contoh 1:

Seseorang mengherdik orang yang datang meminta makanan kerana kelaparan dengan kata-kata kehinaan seperti "kamu pemalas, pergilah cari kerja" atau dia berkata: "kamu pura-pura miskin" atau kata-kata kehinaan yang lain.  Orang ini bukan sahaja enggan memberi makan orang yang kelaparan, tambah lagi dia menghina orang miskin.


Contoh 2:

Enggan hulurkan bantuan makanan atau lain-lain kepada jiran yang diketahuinya miskin dan kelaparan sedangkan dirinya hidup mewah.


Contoh 3:

Tidak pedulikan nasib mereka yang terkena suatu musibah seperti banjir, tanah runtuh, kebakaran atau lainnya. 


Contoh 4:

Ketika penyakit "covid 19" melanda dunia pada tahun 2019, 2020, 2021, ramai hilang pekerjaan dan sumber pendapatan.  Alhamdulillah ramai yang tampil hulurkan bantuan kepada mereka yang putus rezeki akibat dihentikan kerja atau perniagaan bankrap atau lain-lain.  Malangnya tidak semua orang yang berharta sedia hulurkan bantuan.  Ahli politik pula mempunyai agenda tersendiri menaikkan nama masing-masing sehingga bantuan tak sampai kepada mangsa.  Mereka ini bukan sahaja enggan "memberi makan kepada yang memerlukan", bahkan mereka adalah "penghalang" kepada kebajikan.


Contoh 5:

Setiap hari kita mendengar saudara kita di Syria, Yemen, Palestine menderita kelaparan, kesakitan dan rumah kediaman musnah.  Ummat Islam seluruh dunia kirimkan bantuan kepada mereka.  

Malangnya tidak semua  petugas yang diamanahkan benar-benar jujur.  Sebahagian mereka telah makan secara batil  sedekah Ummat kepada mangsa.  Ertinya mereka bukan sahaja tidak memberi makan dan tidak menganjurkan memberi makan kepada mangsa yang kelaparan, sebaliknya mereka "merampas" hak mereka yang kelaparan...!


Bersambung siri 573   اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

========================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI

🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI

BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 571)

■■■■■■■■■■■■■■■■■


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 67:

Enggan beri makan

kepada faqir miskin

.....Sambungan....



Berkata Imam Qurtubi Radhiallahu anhu:

"Firman Allah Ta'ala "  كَلاَّ "  (sekali-kali tidak demikian)."  Ini adalah bantahan.  Sebenarnya tidak seperti sangkaan mereka.  Kekayaan bukan menunjukkan kemuliaan seseorang dan kefakiran bukan menunjukkan kehinaan. Kefakiran dan kehinaan itu adalah Ketetapan dan Keputusan-Ku (Milik Allah). 


Al-Farra' berkata  "  كَلاَّ " di tempat ini bermakna tidak layak seseorang bersikap seperti itu.  Sebaliknya dia wajib memuji Allah atas kekayaan dan kefakiran. 


Di dalam sebuah hadith :  Allah 'Azza- wa Jalla berfirman: "Sekali-kali tidak.  Aku tidak Memuliakan orang yang Aku Muliakan dengan banyaknya dunia dan tidak Menghinakan orang yang Aku Hinakan dengan sedikitnya dunia. Sesungguhnya Aku Memuliakan orang yang Aku Muliakan dengan ta'at kepada-Ku dan Aku Menghinakan orang yang Aku Hinakan dengan maksiat kepada-Ku" (Riwayat Imam Malik di dalam perbahasan berkenaan sedekah).


Sebenarnya (kehinaan kamu, wahai orang kaya yang kufur adalah kerana) kamu tidak memuliakan anak yatim dan kamu saling tidak mengajak memberi makan orang miskin dan tidak menyuruh keluarga kamu memberi makan kepada orang miskin yang datang kepada kamu."

[Tafsir Al-Qurtubi]


Tambahan: Pengajaran Pokok dari tafsiran Ulama

Pokok pengajaran dari Kalam Allah ini adalah :  Kalam Allah ini menjunam ke dalam hati, menghancurkan sangkaan kebanyakan manusia bahawa kemuliaan dan kehinaan seseorang di Sisi Allah diukur dengan pandangan dan pemilikan yang bersifat duniawi. 

Maksudnya kebanyakan manusia menyangka seseorang yang kaya- raya dengan harta benda duniawi — wang ringgit, dinar dan dirham, intan dan berlian, gedung-gedung perniagaan, sebagai orang yang telah mendapat kemuliaan di Sisi Allah, sementara orang yang miskin, faqir, tiada harta, dianggap sebagai orang yang hina di Sisi Allah.  Sedangkan pendirian demikian adalah batil, yang jelas bertentangan dengan Ketetapan Allah.  


Kebenarannya adalah:

Ukuran kemuliaan atau kehinaan di Sisi Allah adalah Iman, Tauhid, Taqwa, Ma'rifat kepada Allah.  Mereka yang lebih tinggi Iman dan Taqwanya, maka dialah yang lebih utama dan memperoleh Kasih dan Keredhaan Allah, mencapai kemenangan dunia Akhirat.  Sedangkan orang yang kaya-raya, hartawan dan jutawan, namun dia kufur kepada Nikmat Allah, maka dialah manusia hina yang menerima Laknat dan Kemurkaan Allah Ta'ala. 


Di dalam Kalam Allah ini, Allah Ta'ala menegaskan sebahagian dari asbab seseorang yang kaya-raya menerima Kehinaan dan Kemurkaan Allah adalah kerana enggan memberi makan kepada faqir miskin dan tidak pula menganjurkan orang lain memberi makan kepada hamba-hamba Allah yang kelaparan.


Dalil 3: Rasulullah ﷺ bersabda:

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ.⁣


"Tidak termasuk orang yang beriman, orang yang kenyang sementara jiran tetangganya kelaparan." ⁣

⁣[Imam Ath-Thabarani]



Bersambung siri 572   اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

========================

MAJLIS TAZKIRAH JILANI

🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

■■■■■■■■■■■■■■■■■ PENYAKIT HATI BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI (Siri 661) ■■■■■■■■■■■■■■■■■ بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم اَلسَّ...