B64 : PENYAKIT HATI BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■


SIRI 631 :


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 69:

Tafsir Al-Qur'an dengan

pendapat aqal, nafsu

.... sambungan.....



Dalil Al-Qur'an 2

Firman Allah :


وَٱذۡكُر رَّبَّكَ فِى نَفۡسِكَ تَضَرُّعً۬ا وَخِيفَةً۬ وَدُونَ ٱلۡجَهۡرِ مِنَ ٱلۡقَوۡلِ بِٱلۡغُدُوِّ وَٱلۡأَصَالِ وَلَا تَكُن مِّنَ ٱلۡغَـٰفِلِينَ 


"Dan ingatlah akan Tuhanmu dalam hatimu, dengan merendah diri serta dengan perasaan takut ) dan dengan tidak pula menyaringkan suara, pada waktu pagi dan petang dan janganlah engkau menjadi dari orang-orang yang lalai."

[Al-A'raf (7) : Ayat 205]


Kalam Allah ini hampir serupa seperti Wahyu pertama yang memerintah : Sebut atau ingat Tuhanmu...!

Apakah nama bagi  Rabb  (Tuhan )  yang disuruh ingat / zikir padanya?

Apakah nama Paling Agung bagi Tuhan yang menciptakan ?

Nama Paling Agung atau disebut  Ismul A'zhom  iaitu "Allah" ...!

Maksud keterangan di sini :

 " Zikirlah Allah di dalam hati terus-menerus.


Berkata Imam Fakhruddin Ar-Razi Radhiallahu anhu:

 (Mujaddid kurun ke-6 Hijriyyah) 


"Berdasarkan ayat 205 al-A’raf ini, Rasulullah ﷺ (dan Ummat Baginda) diwajibkan berzikir dalam hati (senyap —tanpa  suara) dengan ingatan Allah,  Allah, Allah terus- menerus sepanjang waktu siang dan malam.  Kalimat ini  " بِٱلۡغُدُوِّ  "     mewakili seluruh waktu siang dan kalimat "  وَٱلۡأَصَالِ  "    mewakili seluruh malam"

[Tafsir Al-Kabir /  Tafsir Ar-Razi]


Berkata Imam Ibn Jarir At-Tabari Radhiallahu anhu:

"Kata Mujahid, Ertinya adalah : Perintahkanlah kepada mereka (orang beriman) agar berzikir kepada Allah di dalam dada (hati) dengan sikap merendahkan diri dan perasaan takut.  Kata Hasan bin Yahya : Allah berfiman, 'Jika hamba-Ku mengingat-Ku di dalam dirinya, maka Aku mengingatnya di dalam diri-Ku.  Jika hamba-Ku mengingat Aku sendirian, maka Aku mengingatnya dalam kesendirian-Ku.  Jika dia mengingat-Ku dalam kelompok, maka Aku mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik dan lebih mulia dari mereka."

[Tafsir At-Tabari]


Berkata Al-Qutb Tajul Arifin Shaikh Yahya Radhiallahu anhu:

"Ya anakku, difahamkan pada ayat ini menyuruh oleh Allah (Zikrullah) dan akhirnya menegah daripada lalai. (lalai dari Zikir Allah) adalah zikir khafi itu wajib sepenuh masa."

[Risalah Ma'rifat : bab Zikrullah]


Berkata Ibnu Kathir Radhiallahu anhu:

"Allah Memerintahkan agar Dia di-Zikirkan (ingat Allah) lebih banyak pada waktu pagi-pagi dan petang-petang"

[Tafsir Ibnu Kathir]


Tafsir Jalalain:

"Dan zikirlah kepada Allah di dalam diri kamu (hati kamu), iaitu secara senyap dan di dalam keadaan takut rendah diri."

[Tafsir Jalalain]


SIRI 632 :


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 69:

Tafsir Al-Qur'an dengan

pendapat aqal, nafsu

.... sambungan.....



Dalil Al-Qur'an 3

Firman Allah :


وَٱذۡكُرِ ٱسۡمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلۡ إِلَيۡهِ تَبۡتِيلاً۬   


"Zikirlah akan nama Tuhanmu dan renunglah kepada-Nya dengan sungguh-sungguh renungan (muraqabah)"

[Al-Muzammil (73) : Ayat 8] 


Berkata Ibnu Abbas Radhiallahu anhu:

"Perintah Allah ini juga bermaksud ingat kepada Allah (Zikrullah) dan ingat kepada Keesaan-Nya.  Dan ikhlaslah di dalam solat, doa dan setiap ibadah yang kamu kerjakan."

[Tafsir Ibnu Abbas]


Berkata Imam At-Tabari Radhiallahu anhu:

"Allah Perintahkan Rasululullah ﷺ (dan sekalian orang beriman) : Sebutlah nama Tuhanmu, berdoalah dan ibadah kepada-Nya dengan penuh ketekunan."

[Tafsir Tabari]


Berkata Imam Qurtubi Radhiallahu anhu:

"Sebutlah nama Tuhanmu dan berdoalah dengan menggunakan nama-nama-Nya yang Agung (Asmaul-Husna) dan gunakan seluruh waktumu untuk beribadah kepada Allah dan jangan sekutukan Allah dengan yang lain."

[Tafsir Qurtubi]


Berkata Al-Qutb Tajul Arifin Shaikh Yahya Al-Kholidi Radhiallahu anhu:

"Dan sebut oleh kamu akan nama Tuhanmu (Perintah zikir Allah) dan renungi olehmu kepada-Nya dengan sebenar-benar renungan, ya’ni muraqabah, bukan fikir aqal."

[Risalah Ma'rifat : bab Zikrullah]


Berkata Imam Muhaddith  Shaikh Thana-Ullah Uthmani Radhiallahu anhu:

"Ketahuilah ayat ini memerintahkan berulang-ulang menyebut nama Tuhan Yang Maha Agung  iaitu zikir  Allah, Allah."

[Tafsir Mazhari]


SIRI 633 :


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 69:

Tafsir Al-Qur'an dengan

pendapat aqal, nafsu

.... sambungan.....



Dalil Al-Qur'an 4 

Firman Allah:


        وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَڪۡبَرُ‌ۗ  


"...dan Zikir Allah itu sebesar-besar ibadah ..... "

[Al-Ankabut (29) : Ayat 45]    



Dalil Al-Qur'an 5 

Firman Allah:


  وَٱذۡكُرِ ٱسۡمَ رَبِّكَ بُكۡرَةً۬ وَأَصِيلاً۬


"Dan zikir akan nama Tuhanmu pada waktu pagi dan petang."

[Al-Insan (76) : Ayat 25]



Dalil Al-Qur'an 6

Firman Allah:


وَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ كَثِيرً۬ا لَّعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ


"Dan ingatlah akan Allah banyak-banyak (terus- menerus tanpa henti siang malam), supaya kamu berjaya (di dunia dan di akhirat)."

[Al-Jumu'ah (62) : Ayat 10]



Dalil Al-Qur'an 7 

Firman Allah:


قَدۡ أَفۡلَحَ مَن تَزَكَّىٰ (١٤) وَذَكَرَ ٱسۡمَ رَبِّهِۦ فَصَلَّىٰ


"Sesungguhnya berjayalah orang yang menyucikan jiwanya, dan Zikir menyebut nama Tuhannya serta mengerjakan solat.”

[Al-A'la ( 87 : Ayat 14-15]



Dalil Al-Qur'an 8 

Firman Allah:


ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَـٰمً۬ا وَقُعُودً۬ا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَڪَّرُونَ فِى خَلۡقِ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَـٰذَا بَـٰطِلاً۬ سُبۡحَـٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ


“(Iaitu) orang-orang yang menyebut dan mengingati Allah semasa mereka berdiri dan duduk dan semasa mereka berbaring mengiring dan mereka pula memikirkan tentang kejadian langit dan bumi (sambil berkata): Wahai Tuhan kami! Tidaklah Engkau menjadikan benda-benda ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari azab Neraka."

[Aali Imran (3) : Ayat 191]



Dalil Al-Qur'an 9  

Firman Allah:



فَوَيْلٌ لِّلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِّن ذِكْرِ ٱللَّهِ أُوْلَـٰئِكَ فِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ


"Maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang keras membatu hatinya daripada Zikrullah.  Mereka yang demikian keadaannya, adalah dalam kesesatan yang nyata."

[Az-Zumar (39) : Ayat 22]



Dalil Al-Qur'an 10 

Firman Allah:


يٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَـٰئِكَ هُمُ ٱلْخَاسِرُونَ 


"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu dilalaikan oleh (urusan) harta benda kamu dan anak-pinak kamu daripada mengingati Allah.  Dan (ingatlah), sesiapa yang melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi."

[Al-Munafiqun (63) : Ayat 9]



Penjelasan umum —  Al-Qutb Tajul Arifin Shaikh Yahya Al-Kholidi:

Kesemua Ayat Qur'an di atas menunjukkan Perintah suruhan berzikir Allah Allah di dalam hati sebanyak-banyaknya dan berulang-ulang tanpa henti.  Mereka yang lalai dari Zikrullah diancam dengan Neraka Wail.


Sama ada ayat-ayat ini menggunakan perkataan "Allah" secara jelas atau pun menggunakan ungkapan Ismu Rabbika  (nama Tuhanmu)  ataupun menggunakan dhomir " Hua" semuanya tertuju kepada "Allah".


Sesungguhnya, Tiada sebutan lain yang lebih Agung, lebih Mulia dan yang memiliki sekalian kesempurnaan melainkan  Kalimat "Allah".  Dengan demikian mengulang-ulang Kalimat Agung " Allah " di dalam hati terus-menerus itulah yang dituntut atas setiap orang beriman.


Dengan kenyataan ini nyatalah bahawa propaganda Wahhabiyyah dan sekutu-sekutunya yang menuduh bahawa "zikir Allah Allah" bid'ah yang direka-reka adalah pendirian sesat dan pendirian yang jelas menentang Allah dan Rasul-Nya.  Wal Iyazubillah.


SIRI 634 :


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 69:

Tafsir Al-Qur'an dengan

pendapat aqal, nafsu

.... sambungan.....



5.0 Dalil Hadith Perintah Zikir Allah


Dalil Hadith 1:  

✨🕌✨Rasulullah ﷺ  bersabda:


مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ


“Perbandingan orang yang berzikir kepada Allah dengan orang yang tidak berzikir kepada Allah adalah seperti orang yang hidup dan mati.”

[Imam Bukhari dan Imam Muslim] 


Dalil Hadith 2:  

✨🕌✨Rasulullah ﷺ  bersabda:


Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha berkata, “Rasulullah ﷺ  selalu berzikir Allah (ingat Allah) pada setiap waktunya.” 

[Imam Bukhari dan Imam Muslim] 


Dalil Hadith 3:  

✨🕌✨Rasulullah ﷺ  bersabda:


" Zikir yang tidak terdengar oleh malaikat pencatat amal ( zikir khafi Allah Allah — senyap di dalam hati) mengungguli atas zikir yang dapat didengar oleh mereka ( zikir Jihar ) sebanyak tujuh puluh kali ganda." 

[Imam  Baihaqi ]


Dalil Hadith 4:  

✨🕌✨Rasulullah ﷺ  bersabda:


"(Seseorang bertanya kepada Rasulullah ﷺ), Jihad manakah yang terlebih besar di dalam memperoleh pembalasan baik (ke-Redhaan Allah) wahai Rasulullah?" Baginda menjawab, "Mereka yang paling banyak berzikir mengingat Allah".  Dia bertanya lagi, "Siapakah di kalangan orang berpuasa yang terlebih hebat?  Baginda menjawab, "Mereka yang paling banyak berzikir mengingat Allah."   kemudian dia bertanya berkenaan solat, zakat, haji dan sedekah yang mana bagi setiap pertanyaan tersebut Baginda menjawab,  "Mereka yang paling banyak berzikir mengingat Allah"

[Imam Ahmad]


Dalil Hadith 5:  

✨🕌✨Rasulullah ﷺ  bersabda:


لا تقوم الساعة حتى لا يقال في الأرض الله الله


"Tidak akan tiba Qiamat hingga tidak ada yang mengucapkan di atas bumi (kalimat) Allah, Allah." 

[Imam Muslim]


Dalil Hadith 6:  

✨🕌✨Rasulullah ﷺ  bersabda:


"Di bumi terdapat orang yang menyebut "Allah Allah", kemudian apabila tiada lagi orang yang menyebut "Allah Allah" maka di saat itulah berlakunya Qiamat.”

[Imam Muslim]


Dalil Hadith 7:  

✨🕌✨Rasulullah ﷺ  bersabda:

"Islam tidak akan hilang sehingga tiada siapa lagi yang menyebut Allah Allah."

[Imam Ibn Abi Dunya]


Dalil Hadith 8:  

✨🕌✨Rasulullah ﷺ  bersabda:

"Qiamat tidak akan dirasakan oleh orang yang mengucapkan (kalimat) Allah, Allah".

[Imam Muslim]


Berkata Imam Nawawi Radhiallahu Anhu:


"Perlu diketahui bahawa pada riwayat-riwayat tersebut (Hadith zikir Allah Allah) terdapat kesepakatan pengulangan lafaz Allah (zikir Allah Allah) pada dua riwayat tersebut.  Demikianlah dicatat di dalam seluruh kitab-kitab sahih.”

[Syarah Muslim]


Catitan :  Tuduhan bahaya Profesor jahil

Ada beberapa orang cerdik pandai Universiti  menuduh Ulama Mu'tabar sebagai  "bodoh" kerana mentafsirkan Hadith Nabi di atas dengan makna Zikir Allah Allah. Barangkali budak-budak Profesor ini lebih hebat dari Imam Nawawi dan sekalian Mujtahid dan Mujaddid?  Barangkali juga budak-budak muda ini tak sedar menghina Ulama Pewaris Nabi batalkan Iman...?  Budak-budak ini menyangka diri mereka sudah menjadi Mujtahid kerana sudah hafal satu dua Hadith Nabi, lalu sewenang-wenang berkata "ini halal, ini haram, ini bid'ah sesat, ini khurafat, ini Nabi tak buat"  mengikut nafsu dan syaitan.  Mereka tak sedar merekalah penyeru kepada Neraka Jahannam!


SIRI 635 :


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 69:

Tafsir Al-Qur'an dengan

pendapat aqal, nafsu

.... sambungan.....




Dalil Fatwa Ulama Mu'tabar

Berikut adalah fatwa Ulama Ahlus Sunnah berhubung dengan Zikir Allah Allah. Mereka adalah Mujtahid dan Mujaddid yang terpercaya sepanjang zaman.  Mereka adalah Mursyid Pewaris Nabi yang Siddiq, yang tiada keraguan apa pun terhadap mereka.  Fahamilah! .... Mematuhi fatwa Pewaris Nabi adalah keselamatan dan menentang mereka membawa manusia kepada kesesatan, kefasikan dan kekafiran.  Wal Iyazubillah. 


(1)  Toriqat Siddiqiyyah — Sayyidina Abu Bakr Radhiallahu anhu:

Daripada riwayat yang sampai kepada Ulama Ahlus Sunnah melalui Silsilah Rasulullah ﷺ, Toriqat yang dinisbahkan kepada Sayyidina Abu Bakr Radhiallahu anhu adalah Toriqat Siddiqiyyah, mengambil sempena gelaran beliau " As-siddiq".  Zikir yang diterima daripada beliau turun-temurun oleh sekalian Masyaikh Ahlus Sunnah adalah "Zikir Allah Allah di dalam hati" (zikir khafi). 


Pada zaman kemudian, Toriqat yang diamalkan oleh Sayyidina Abu Bakar (dan sekalian sahabat lain) itu dinamakan Toriqat Naqsyabandiah.  Nama "Naqsyabandiah" diambil sempena nama "Shaikh Bahauddin Shah Naqsyabandi", silsilah Rasulullah ﷺ yang ke-16. 


Sebagaimana ditegaskan oleh sekalian Ulama Mu'tabar,  silsilah Rasulullah ﷺ ini tidak boleh diingkari kerana khabarnya mutawathir, iaitu sejumlah besar Ulama Pewaris Nabi meriwayatkan hal yang sama sehingga tak mungkin mereka berpakat untuk berdusta.  Barang siapa menafikan Toriqat yang sahih dari Rasulullah ﷺ adalah dia mendustakan Nabi ﷺ, maka batal Imannya.  Wal Iyazubillah. 


 (2) Imam Besar Ahlu Sunnah, Imam at-Toriqat Wal Haqiqat,  Imam Ja'afar As-Siddiq Radhiallahu Anhu:  


Beliau adalah cucunda Rasulullah ﷺ yang ke-5 dari jalur Sayyidina Husain Radhiallahu Anhu.  Imam Ja'afar Siddiq menduduki posisi Agung sebagai Penyambung Risalah Rasulullah ﷺ, menduduki Maqam Auliya tingkatan tertinggi bergelar Ghawth.  


Imam Ja'afar Siddiq digelar Imam Toriqat Wal Haqiqat  kerana  semua Toriqat Ahlus Sunnah yang sahih yang diterima dari Rasulullah ﷺ melalui tangan beliau.  Salah satu dari Toriqat yang beliau wariskan adalah zikir asasnya "Zikir Allah Allah" di dalam hati, yang sekarang ini dinamakan Toriqat Naqsyabandiah. 


(Penegasan penting :  Imam Ja'afar Siddiq adalah Imam Ahlus Sunnah, dan bukan Syi'ah.  Beliau tiada kaitan dengan dakwaan- dakwaan batil Syi'ah (rafidhi).  Imam Ja'afar Siddiq telah mewariskan sejumlah besar Toriqat dari Nabi ﷺ  dan TIDAK ada kaitan apa-apa pun dengan golongan Syi'ah rafidhi sesat.) 



(3) Imam Junaid Al-Baghdadi Radhiallhu anhu:

Beliau adalah Imam Ahlus Sunnah,  Qadhi,  Imam Fiqh,  dan Auliya Allah yang ternama,  mengajarkan murid-murid beliau dengan Zikir Allah Allah. 

[Rasail Al-Junaid - Risalah-risalah kecil Imam Junaid]



(4) Imam Fakhruddin Ar-Razi Radhiallhu anhu:

Beliau adalah  Mujaddid Agung Ahlus Sunnah kurun ke-6 Hijriyyah, Imam Fakhruddin Ar Razi menyebut:

"Ketahuilah sekalian manusia, sesungguhnya aku menyebut sepanjang hidupku "Allah".  Apabila mati, aku menyebut "Allah".  Apabila disoal di dalam kubur aku menyebut "Allah".  Apabila datang di Hari Qiamat aku menyebut "Allah".  Sewaktu aku mengambil suratan amalan aku menyebut "Allah".  Sewaktu perhitungan amalan aku menyebut "Allah".  Ketika melintasi titian aku menyebut "Allah".  Apabila masuk ke Syurga aku menyebut "Allah" hingga apabila melihat Allah aku juga menyebut "Allah".

[Tafsir Mafatih Al-Ghaib]


SIRI 636 :



بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 69:

Tafsir Al-Qur'an dengan

pendapat aqal, nafsu

.... sambungan.....





(5) Imam Ghazali Radhiallahu anhu:


"Seseorang yang ingin berzikir hendaklah duduk pada suatu tempat yang sunyi, menutup segala panca indera zahir,  mencelikkan mata hati, pendengaran hati, dan dengan itu menjadikan hatinya sebagai wadah untuk menerima alam malakut.  Dalam pada itu hendaklah sentiasa menyebut Allah Allah Allah berterusan dengan hati bukan dengan lidah".

[Kimiya As-Sa'adah]


(6) Imam Asy-Sya'rani Radhiallahu anhu:


"Kami telah menerima bai'at daripada Guru kami supaya berzikir menyebut lafaz "Allah Allah" sebanyak 24,000 kali sehari semalam"

[Uhud As-Sughra]



(7) Imam Ibn Hajar Al-Haythami Radhiallahu anhu:


Beliau adalah Mufassir, Muhaddith, Imam besar Mazhab Syafi'e.  Mujaddid kurun ke-10 Hijriyyah; kata beliau :

"Amalan tersebut (zikir La-Ilaha-Illallah) perlu berterusan sehingga kesan zikir menjiwai dirinya dan pada ketika itu lebih utama bagi salik zikir "Allah Allah".

[Miftah Al Falah]


(8) Imam Ummah Mufassir, Muhaddith  Shaikh Thana-Ullah Uthmani:


Ketika mentafsirkan Firman Allah :    "   وَٱذۡكُرِ ٱسۡمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلۡ إِلَيۡهِ تَبۡتِيلاً۬ "

"Zikirlah akan nama Tuhanmu dan renunglah kepada-Nya dengan sungguh-sungguh renungan (muraqabah)"  [Al-Muzammil (73): ayat 8].... beliau berkata:

"Ketahuilah ayat ini memerintahkan berulang-ulang  menyebut nama Tuhan Yang Maha Agung iaitu zikir Allah, Allah".

[Tafsir Mazhari]


(9) Imam Nawawi Radhiallahu Anhu:


"Perlu diketahui bahawa pada riwayat-riwayat tersebut (Hadith zikir Allah Allah) terdapat kesepakatan pengulangan lafaz Allah pada dua riwayat tersebut.  Demikianlah dicatat di dalam seluruh kitab-kitab sahih.”

[Syarah Imam Nawawi]


(10) Imam Ahmad Ibn Muhammad Ibn Atha’illah As-Sakandari Radhiallahu Anhu:


Beliau adalah Pengarang kitab Hikam dan Guru Besar Syaziliyah berkata:

"Hendaklah kamu berzikir ismuz-Zat Allah Allah Allah atau Hu,  Hu,  Hu di dalam hati tanpa menyebut di lidah."

[Miftah Al Falah]


(11) Berkata Muhaddith Ummah, Shaikh Zakariyya Kandahlawi Radhiallahu anhu:


"Kaedah zikir Ismuz-Zat (Zikir  Allah Allah) adalah mengingat Allah dengan matlamat tiada lain di dalamnya melainkan Allah sebagai maqsudnya,  yang ditujui dan dicintai.   Dengan bentuk ini, ianya merupakan subjek yang tersembunyi di dalamnya predikat, yang mana menepati secara sempurna akan syarat-syarat nahwu (tatabahasa Arab).  Bahkan ianya menepati secara sempurna Kalimat Al-Qur'an :   قُلِ ٱللَّهُ‌ ثُمَّ ذَرۡهُمۡ فِى خَوۡضِہِمۡ يَلۡعَبُونَ  

"Katalah "Allah"  dan tinggalkan mereka di tempat main-main mereka itu", [Al-An'am (6) : ayat 91] — di dalam Kalimat ini terdapat subjek yang mengandungi prediket yang tersembunyi di dalamnya.

[Himpunan Surat-surat Muhaddith Maulana Zakariyya Kandahlawi]


SIRI 637 :



بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 69:

Tafsir Al-Qur'an dengan

pendapat aqal, nafsu

.... sambungan.....



Dalil Terbesar :  Mursyid-Mursyid Pewaris Nabi yang Siddiq.


Sesungguhnya ini adalah Hujjah teragung untuk menunjukkan kebenaran sekalian Toriqat yang sahih yang datang dari Rasulullah ﷺ dan amalan Zikir Allah Allah atau Zikir mengingat Allah berterusan di dalam hati, seperti huraian terdahulu.       


Sekalian Mursyid yang Siddiq (benar) yang wujud pada zaman ini yang mewarisi Ilmu dan keruhanian Rasulullah ﷺ menjadi hujjah yang tiada tolok bandingnya kerana mereka adalah " Hadith Sahih " yang hidup.  Ertinya diri mereka sendiri (Mursyid yang Siddiq yang hidup pada zaman ini)   adalah menjadi bukti kukuh akan Warisan Rasulullah ﷺ yang dipindahkan dari satu generasi Masyaikh kepada generasi Masyaikh berikutnya dengan penuh rahsia, tertib dan adab disiplin tinggi sehingga terpelihara kesucian dan keasliannya. 


Semua Mursyid yang Siddiq (benar) yang wujud pada zaman ini mempunyai Silsilah Warisan Ilmu Rasulullah ﷺ iaitu mereka mewarisinya dari Guru mereka yang juga Mursyid yang Siddiq (benar) dan mereka juga mengambil warisan tersebut dari Guru mereka yang Mursyid — begitu bersambung ke atas sehingga menerima warisan dari Sayyidina Abu Bakr,  atau Sayyidina Ali, atau Sayyidina Umar atau Sayyidina Uthman, Ridhwanullah   — yang mereka mewarisinya dari Junjungan Besar Sayyidina Wa Maulana Muhammad ﷺ.


Khabar dari mereka adalah menempati khabar mutawatir iaitu khabar yang sahih lagi  marfu' yang tidak mungkin ada kecelaan atau kecacatan, jauh sekali daripada pendustaan.  Demikian banyaknya Masyaikh Ahlus Sunnah seluruh dunia, dari berbagai penjuru dunia mewariskan Zikir Allah Allah ini, maka tidak mungkin mereka berpakat untuk berdusta.   


Pada saat ini, diseluruh dunia terdapat berbagai Silsilah Nabi ﷺ, di antaranya yang sangat terkenal adalah; 


(1) Toriqat Qodiriyyah — dibangunkan oleh Al-Imam Sulton Auliya Shaikh Abdul Qodir Jilani Radhiallahu anhu.


(2) Toriqat Naqsyabandiah - dibangunkan Al Imam Shaikh Baha Uddin Shah Nqsyabandiah Radhiallahu anhu.


(3) Toriqat Ri'faiyyah — dibangunkan oleh Imam Ar-Rifa'ie Radhiallahu anhu.


(4) Toriqat Junaidiyyah — dibangunkan oleh Imam Junaid Radhiallahu anhu.


(5) Toriqat Syaziliyyah — dibangunkan oleh Imam Abu Hasan Asy-Syazili Radhiallahu anhu.


(6) Toriqat Syattariyyah — dibangunkan oleh Imam Abdullah Syattari Radhiallahu anhu.


(7) Toriqat Samaniyyah — dibangunkan oleh Imam Abdul Karim Samman Radhiallahu anhu.


(8) Toriqat Ghazaliyyah — dibangunkan oleh Imam Ghazali Radhiallahu anhu.


Kesemua Ulama Pewaris Nabi ini mengamalkan Zikir Allah Allah di samping zikir-zikir lain seperti  "La-Ilaha Illallah", "Ya Qaahar" , "Ya Latif" , "Ya Hayyu Ya Qayyum" dan lain-lain dan mewariskannya kepada Mursyid-Mursyid berikutnya sampai ke saat ini terus diamalkan oleh Mursyid-Mursyid yang hidup pada zaman ini.


Jika demikian, siapakah di antara orang-orang pada zaman ini lebih tinggi ilmunya dan lebih memahami Al-Qur'an dan Sunnah daripada Ulama Mujtahidin dan Mujaddid?   Siapakah di antara "mufti" atau "profesor" pada zaman ini lebih tinggi ilmunya dari Al-Imam Sulton Auliya, Imam Junaid, Imam Syazili, Imam Rifa'ie, Imam Ghazali, Imam Haythami, Imam Haddad dan lainnya  sehingga berani ingkar kepada Zikir Allah Allah?  "Mufti, Profesor, cerdik pandai Agama" yang terang-terang menentang ini tidak lain melainkan golongan jahil yang menjadi pengikut Iblis La'natullah. 


SIRI 638 :



بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 69:

Tafsir Al-Qur'an dengan

pendapat aqal, nafsu

.... sambungan.....



Kemusykilan 4:

Menuduh tawassul sebagai syirik dan bid'ah sesat.

Setengah cerdik pandai zaman ini melemparkan tuduhan bahawa tawassul itu syirik, bid'ah sesat.  Wal Iyazubillah. 

Apakah pegangan Ahlus Sunnah?


JAWAPAN

Menurut pendirian Ahlus Sunnah, tawassul adalah harus, bahkan sesiapa tawasssul dengan menyebut Nama Rasulullah ﷺ atau menyebut nama Auliya Allah adalah menjadikan pekerjaan tersebut dilimpahi keberkatan dan kemuliaan. 


Apakah makna tawasssul ?

Mengapakah Profesor, cerdik pandai Agama menuduh tawasssul  sebagai syirik? Puncanya adalah kejahilan. Mereka tidak memahami pengertian tawasssul  sebenar lalu sebarkan dakyah batil dan sesat.



Definisi Tawassul

===============


Dari segi bahasa:

Perkataan tawasssul   (تَوَسُّل) berasal dari kata wa-sa-la (وَسَل) bermaksud:  "jalan, alat, perkakas, medium"


Dari segi istilah:

Perkataan tawasssul  (تَوَسُّل) adalah:

Memohon Pertolongan Allah dengan mengingat atau menyebut nama sesuatu yang di-Kasihi Allah. 


Perhatikan perkataan ini....  "Memohon Pertolongan Allah...." 

Ketika kamu tawassul dengan suatu yang di-Kasihi Allah maksudnya adalah:  Kamu memohon Pertolongan Allah dengan keberkatan Rasulullah ﷺ atau kekasih Allah yang lain.  Ia bukan bermaksud kamu i'tiqad bahawa para kekasih Allah itu berkuasa memberikan pertolongan kerana semua orang Islam sudah maklum, "Hanya Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu" dan  "Tiada daya upaya hanya Allah".  Ini aqidah asas Ummat beriman. 


Seseorang yang menyeru nama Rasulullah ﷺ atau nama Auliya Allah ketika menghadapi sesuatu kesulitan atau mengharap suatu pertolongan Allah seperti seseorang menyebut : "Ya Rasulullah" atau menyebut  "Ya Abu Bakar". "Ya Ali", "Ya Muhyiddin Abdul Qodir Jilani" atau nama Auliya Allah yang lain, adalah ketika itu mereka sedang memohon pertolongan Allah melalui keberkatan para Kekasih Allah.



Dalil No. 1:

"Beberapa waktu selepas kewafatan Rasulullah ﷺ, Abdullah Ibnu Umar berada di Najd lalu suatu hari kaki beliau kebas.  Seseorang berkata kepada beliau, "Ingat seseorang paling kamu cintai" Lalu Ibnu Umar berkata : "Ya Muhammad ( Ya Rasulullah)  kemudian kaki beliau terus sembuh dari kebas." 

[Imam Bukhari di dalam Kitab Adab Al-Mufrad]

[Imam Nawawi  di dalam  Al-Azkar]

[Imam Shaukani di dalam Tuhfah Az-Zakirin] 


Dalil No. 2:

Imam Nawawi juga membawakan kisah yang sama seperti itu yang terjadi kepada Abdullah Ibnu Abbas. 

"Abdullah Ibnu Abbas juga pernah terjadi keadaan yang sama seperti yang terjadi kepada Ibnu Umar, iaitu kaki beliau menjadi kebas. Seseorang berkata kepada beliau supaya ingat kepada seseorang yang paling beliau cintai, lalu Ibnu Abbas berkata: "Ya Rasulullah"  kemudian kaki beliau yang kebas segera pulih. 

[Imam Nawawi, Al-Azkar]


Kesimpulannya:

Imam-Imam Ahlus Sunnah yang membawa kisah-kisah tersebut berhujjah : 

Inilah dalilnya harus menyeru nama Rasul atau para Wali Allah dengan sebutan Ya Muhammad, Ya Rasulullah, Ya Habibullah,  Wahai Auliya Allah dan lainnya sebagai memohon kepada Allah dengan keberkatan para Kekasih Allah. Pokoknya permohonan itu adalah ditujukan kepada Allah sedangkan sebutan nama Rasul atau para Auliya Allah adalah "mengambil keberkatan mereka atas kemuliaan mereka" dan tidak sesekali i'tiqad bahawa mereka berkuasa memberikan pertolongan atau menolak mudarat.



SIRI 639 :


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 69:

Tafsir Al-Qur'an dengan

pendapat aqal, nafsu

.... sambungan.....



Kemusykilan 5:

Majlis Tahlil Arwah.



JAWAPAN:

Menurut pegangan Ahlus-Sunnah, mengadakan Majlis Tahlil arwah perkara yang sangat baik sebagai pertolongan kepada si mati.



Definisi Tahlil:


Definisi sudut bahasa:


Tahlil  berasal  dari  kata  halala ( هَلَلَ  ), hallala ( هَلَّلَ ),   yuhallilu ( يُهَلِّلُ ) , tahlilan  ( تَهْلِيْلاً) yang membawa makna  "Pengisytiharan  Suatu yang Agung",   "Pujian Keagungan Terang ", "Isytiharkan Penyembahan Kepada Yang Esa",  "Tegaskan pengakuan Tiada Tuhan Melainkan Allah",  "Pengisytiharan Kalimah Tauhid".


Definisi pada istilah:

Tahlil adalah berzikir Kalimah Tauhid "La Ilaha Illallah" ( لا اله الا الله ), iaitu mengulang-ulang  Zikir tersebut dengan cara  Jihar (keraskan suara), sama ada zikir seorang diri atau beramai-ramai berjamaah.   Atau juga Zikir kalimah Tauhid itu di dalam hati.  Semua ini terhitung di dalam makna  Tahlil. 


Tujuan Majlis Tahlil:


Lazimnya Majlis Tahlil diadakan untuk tujuan berikut:


(1) Kesyukuran atas kejayaan.

(2) Mohon doa keselamatan.

(3) Doakan keampunan kepada Allah untuk arwah-arwah yang telah kembali kepada Allah.

(4) Mohon Limpahan Rahmat Allah secara umum kepada sekalian orang beriman. 


Pengisian di dalam Majlis Tahlil:


1.  Di dalam Majlis Tahlil, orang beriman  berkumpul dan berzikir ramai-ramai Kalimah La-Ilaha Illallah dengan suara yang keras.  Adakah dalil bagi pekerjaan ini?  Bahkan.   Dalilnya cukup banyak sebagaimana yang telah dipaparkan di dalam Risalah ini. 


2.  Majlis Tahlil lazimnya dimulai dengan Surah Al-Fatihah... maka sesuailah mengambil barakah dengan nama "Pembukaan" bagi Suratul Fatihah menurut Hadith Rasulullah ﷺ.


3. Setelah bacaan Suratul Fatihah, disambung dengan Surah-surah Muawwizat dan Ayatul Kursi...  Ayat Qur'an ini  telah disebut oleh Rasulullah  ﷺ  sebagai Ayat-Ayat perlindungan dari gangguan jinn Syaitan. 


3. Lazimnya disertakan bacaan Surah Yasin.  Kelebihan Surah Yasin telah sedia maklum oleh semua orang Islam.


4. Setelah selesai Zikrullah,  Majlis ditutup dengan doa keselamatan, kebaikan serta permohonan limpahan Rahmat Allah untuk tuan rumah dan sekalian yang hadir, bahkan juga kepada sekalian masyarakat yang menghuni di sekelilingnya.  


5.  Jamuan dihidangkan kepada hadirin.  Ayat Qur'an dan Hadith Nabi yang menyuruh beri makan kepada manusia amat banyak sekali, tak perlu lagi dipertikaikan kebenarannya.


Inilah amalan lazim di dalam satu Majlis Tahlil. 


Cuba perhatikan... 

Bukankah semua pekerjaan tersebut adalah amalan terpuji dan di-Redhai Allah? 

Bukankah berkumpul ramai-ramai mendirikan Zikrullah,  Bacakan Solawat atas Junjungan, Baca Al Qur'an, Doa Keselamatan, Berikan makanan pada orang ramai, Silatur-rahim... bukankah  semua ini amal soleh yang dituntut dan di-Redhai Allah? 



SIRI 640 :


بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Dosa besar 69:

Tafsir Al-Qur'an dengan

pendapat aqal, nafsu

.... sambungan.....



Kemusykilan 6:

Setengah orang Islam menganggap kewafatan Rasulullah ﷺ dan sekalian Auliya Allah sama seperti kematian biasa (menganggap tubuh badan hancur seperti biasa) dan ingkari pertemuan antara manusia hidup (Auliya Allah yang masih hidup) dengan Rasul serta Auliya Allah yang sudah wafat.


JAWAPAN:

Menurut I'tiqad dan pendirian Ahlus Sunnah sejak dahulu hingga ke hari ini, Rasulullah ﷺ dan sekalian Auliya Allah yang telah wafat hidup di alam Barzakh serta memperoleh rezeki secara istimewa dari Sisi Allah.  Harus berlaku pertemuan antara Auliya Allah yang masih hidup dengan Rasulullah ﷺ dan sekalian Auliya Allah yang telah wafat. Hal ini merupakan Karamah sekalian Auliya Allah. Ada pun mereka yang mengingkari hal ini adalah sesat dan termasuk golongan penentang Allah dan Rasul-Nya.


Fatwa Ulama Ahlus-Sunnah yang ternama yang tiada siapa pun ingkar

===================================================


(1) Fatwa Al-Imam Sulton Auliya Shaikh Abdul Qodir Jilani Radhiallahu anhu:

"Seseorang tidak dapat dikatakan Ahli Sufi (Ulama Pewaris Nabi yang Siddiq) sehingga dia sampai ke maqam di mana dia dianugerahi pandangan kepada Rasulullah ﷺ di dalam mimpinya dan diberi arahan dan tegahan.  Jika keadaan ini terjadi maka hatinya akan dinaikkan ke maqam lebih tinggi serta disucikan batinnya.  Beliau seterusnya akan memperoleh kehampiran dengan Allah Ta'ala sementara tangannya di dalam pimpinan tangan Rasulullah ﷺ

[Fath-Ar-Rabbaniy Wa Faidh Ar-Rahmaniy]


Kata beliau lagi :

"Dalam semua itu mereka mengikut teladan daripada pengikut-pengikut Rasulullah  ﷺ yang terkenal sebagai Golongan Tasawwuf (Pewaris Nabi yang Siddiq)  yang memakai pakaian bulu yang telah meninggalkan semua urusan keduniaan untuk berdiri di pintu Rasulullah ﷺ dan berada hampir dengan Baginda.  Mereka menyampaikan khabar sebagaimana mereka menerimanya secara langsung daripada mulut Rasulullah ﷺ " .

[Sirrul Asrar Fi ma Yahtaju Ilaihil Abrar]


 

(2) Fatwa Imam Jalaluddin Sayuthi: 

Nama penuh beliau adalah Abu al-Fadl 'Abd al-Rahman b. Abi Bakr b. Muhammad Jalal al-Din al-Khudayri al-Suyuti, Mujaddid Kurun ke-9 Hijriyyah, Shaikhul Hadith dan Awlia Allah yang diberikan oleh Allah berbagai Karamah.  Semua ini diakui oleh sekalian Ulama Ahlus Sunnah sepanjang zaman! 


Berkata Imam Sayuthi di dalam Kitab Fatawa beliau: 

"Ramai yang mempersoalkan ehwal Ahli Ma'rifat melihat Nabi ﷺ di dalam keadaan jaga (sedar).  Di zaman kami ada segolongan mereka yang tidak mempunyai pegangan Agama yang kukuh, dengan penuh emosi menafikannya dan sangat hairan dengan kebenaran ini.  Mereka mendakwa ianya mustahil. 


Apa yang benar adalah: Bahawa sesiapa yang benar-benar beriman dengan Nabi (Mukmin) tetapi tidak dapat melihat Baginda kerana mereka tidak hadir (di zaman Nabi), Hadith ini memberikan khabar gembira bahawa mereka akan dapat melihat Baginda sebelum mereka mati."  Ada sebahgian orang tidak mempercayainya dan berkata : "Bagaimana mungkin orang hidup melihat orang mati"? 


Untuk dakwaan ini, Imam Saytuhi menjawab: 

"Orang-orang yang berkata demikian jatuh kepada dua bahaya: Pertama kerana tidak mempercayai kebenaran Hadith Nabi yang sahih dan yang kedua kerana mengingkari Kekuasaan Tuhan Yang Maha Perkasa." 

[Al Hawi lil Fatawi]


Bersambung siri 641 اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

_____________________________

    MAJLIS TAZKIRAH JILANI     

      🌳🍁🕌🕌🕌🍁🌳

No comments:

Post a Comment

■■■■■■■■■■■■■■■■■ PENYAKIT HATI BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI (Siri 707) ■■■■■■■■■■■■■■■■■ بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم اَلسَّ...