■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

PENYAKIT HATI BAHAYA YANG TIDAK DISEDARI

(Siri 213)

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲ الرَّحْمَنِ الرحيم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Dosa Besar ke-27:  Tuntut Ilmu Untuk habuan dunia

Sambungan....

Contoh-contoh

(1) Pelajari Al-Qur'an dan Sunnah untuk menjadi mufti

Mereka sungguh2 mempelajari Kitab Allah dan Sunnah Nabi agar memperoleh jawatan sebagai mufti atau ahli fatwa. Mereka harapkan berbagai ganjaran duniawi apabila menjadi mufti atau menduduki jabatan2 penguasa.  Ini satu daripada peringatan dan amaran yang terkandung di dalam Hadith Rasulullah ﷺ.

Sabda Rasulullah ﷺ :

"Barangsiapa mempelajari ilmu yang sepatutnya diniatkan untuk memperoleh Keredhaan Allah, namun dia mempelajari dengan niat memperoleh kekayaan dunia, maka dia tidak akan memperoleh tanda-tanda Syurga di Hari Qiamat."

[Imam Abu Dawud, Imam Ibnu Majah, Imam Al-Haakim]

(2) Masuk Universiti untuk kemegahan

Sudah menjadi trend zaman ini, anak2 masuk pusat pengajian tinggi dengan berbagai niat untuk mencapai berbagai kedudukan, kemasyhuran dan kemegahan di tengah2 masyarakat. Tidak kurang Ibu bapa mendesak2 anak2 mereka belajar sungguh2 agar mereka menjadi tokoh masyarakat yang masyhur. Sebahagian ibu bapa lain menyuruh anak2 berjaya agar mendapat gaji yang lumayan.

(3) Menuntut Ilmu untuk mendebat Ulama atau orang jahil

Pada zaman terdahulu, hal ini terjadi sesudah kewafatan Sayyidina Ali Karramallahu wajhah. Orang2 awam berlumba2 mempelajari Al-Qur'an dan Sunnah serta Ilmu debat untuk memerangi Ulama Ahlus Sunnah sehingga lahir berbagai firqah menyimpang dari Ahlus Sunnah. Pada zaman kemudian bangkit berbagai golongan muda menuntut ilmu debat untuk mematahkan hujjah Ahlus Sunnah. 

Sabda Rasulullah ﷺ :

"Barangsiapa menuntut ilmu untuk berbahas dengan ulama atau untuk dia berdebat dengan orang-orang yang bodoh dengannya atau untuk dia memalingkan dengannya wajah-wajah manusia kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka”.

[Imam At Tirmizi]

Pada hari ini, Golongan muda yang baru merangkak mengenali Agama mencabar Fatwa Ulama2 Ahlus Sunnah terdahulu. Mereka mencari2 hadith2 yang dikatakan lemah di dalam penulisan Ulama Mu'tabar lalu dengan mudah mereka mengeluarkan "fatwa" ikut nafsu mereka "ini halal",  "ini haram", "ini bid'ah sesat", sedangkan mereka BUKAN Ahli fatwa. Mereka tak sedar atau lupa ancaman Allah kepada mereka.

Firman Allah :

وَلاَ تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلاَلٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا عَلَى اللهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ لاَ يُفْلِحُونَ

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. 

[An-Nahl (16):  Ayat  116]

Sabda Rasulullah ﷺ :

"Barang siapa berkata-kata tentang al-Qur'an (tafsir dan ta'wilkan Al-Qur'an) tanpa ilmu, maka hendaklah ia menempati tempat duduknya dari neraka"

[Imam Tirmidzi]

Sabda Rasulullah ﷺ :

“Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal fikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan”. 

[Imam Ahmad]

Bersambung siri  214  اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

_________________________    

MAJLIS TAZKIRAH JILANI